dc.identifier.citation | ‘Abud, A.G. (1987). Keluarga Muslim dan Berbagai Masalahnya. Bandung: Bandung Pustaka. Amalia. (2005). Peran Dukungan Keluarga dalam Meningkatkan Motivasi Menjalani Pengobatan dan Mempertahankan Prestasi Belajar Anak PenderitaISPA (Studi Triangulasi pada Pasien RS. Tri Harsi Surakarta). Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Andayani, B. dan Koentjoro. (2004). Psikologi Keluarga, Peran Ayah Menuju Coparenting. Surabaya: CV. Citra Media. Bugi, M. (2007). Misi Keluarga Muslim. Diakses tanggal 6 Oktober 2007, dari http:// www.dakwatuna.com/index.php/baitul-muslim/ 2007/misikeluarga-muslim/2007. Echols, J.M. dan Shadily, H. (1992). Kamus Inggris- Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Utama. Faridl, M. (2006). Merajut Benang Keluarga Sakinah. Jurnal Kajian Islam al Insan, Vol 2. No.2. Jakarta:Lembaga Kajian dan Pengembangan al Insan. Feinberg, M.E., Kan, M. & Hetherington, E. M. (2007). The Longitudinal Influence of Coparenting Conflict on Parental Negativity and Adolescent Maladjustment. Journal of Marriage and Family, Volume 69, Number 3, August 2007 , pp. 687-702(16). Flick, U. (2002). An Introduction to Qualitative Research 2nd ed. New Delhi: SAGE Publication. Groenendyk, A.E. and Volling, B.L. (2006). Coparenting, Children’s Compliance, And Early Conscience Development Within The Family. Diakses tanggal 02 Oktober 2008 dari http://www. a l l a c a d e m i c . c o m / m e t a / p _ m l a _ a p a research_citation/0/9/4/0/6/p94064_index.html.Gunarsa, S.D. dan Gunarsa, Y. S. D. (2004). Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia. McHale, J.P., Rao, N., Krasnow, A.D. (2000). Constructing Family Climates:Chinese Mother’s Reports of Their Coparenting Behavior and Preschoolers’ Adaption. International Journal of Behavior Development, p.111-118, diakses tanggal 6 Oktober 2007, dari http:// www.tandf.co.uk/journals/pp/01650254. Mitra, S. (2007). The Art of Successful Parenting, Kiat Sukses Mendidik Anak. Jakarta: PT. Intisari Mediatama.Mustafa, A.J. (2007). Ta’awun Suami-Istri dalam Keluarga. Diakses tanggal 6Oktober2007,dari http://www.kafemuslimah.com/article detail.php?id=1127. Qaimi, A. (2002). Buaian Ibu, di antara Surga dan Neraka. Bogor: Cahaya. Sabiq, S. (1983). Fikih Sunnah 8 Ed.2. Bandung: Al’Ma’arif. Santrock, J.W. (2002). Life-Span Development, Perkembangan Masa Hidup Jilid Pertama Ed.V. Jakarta:Erlangga. | en_US |
dc.description.abstract | Keluarga merupakan bagian terkecil dari sebuah komunitas masyarakat. Dalam keluarga,
minimal terdapat ayah, ibu dan anak. Perkembangan anak dapat dipengaruhi oleh berbagai hal,
antara lain perbedaan keluarga dan pengasuhan (parenting). Saat ini, fokus dan perhatian orangtua
tidak lagi tertuju ke rumah, walaupun dengan alasan yang berbeda-beda. Salah satu alasannya
adalah karena ayah dan ibu sama-sama bekerja. Pengasuhan anak yang sedang berkembang
dewasa ini adalah dengan coparenting, dimana orangtua bekerja bersama-sama dalam membesarkan
anak. Kerjasama suami-istri dalam hal ini berperan sebagai orangtua dalam hal pengasuhan anak
ini dalam agama Islam dekat kepada istilah ta’awuun. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk
memahami coparenting yang dilakukan oleh orangtua muslim yang sama-sama bekerja/doubleearner
family. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Informan penelitian berjumlah 5 pasang
dan merupakan pasangan muslim yang sama-sama bekerja serta terdapat variabilitas informan
penelitian berdasarkan tempat bekerjanya serta ada tidaknya pembantu pengasuh dalam keluarga
tersebut. Data diperoleh dengan wawancara dan observasi checklist pada anak. Data kemudian
diolah dengan menggunakan analisis tema. Hasil yang dapat diperoleh antara lain mengenai latar
belakang pengasuhan yang diterima oleh orangtua yang mempengaruhi pengasuhan anak,
coparenting yang terjadi serta pemahaman mengenai perkembangan anak. Ibu menjadi peran
utama dalam pengasuhan anak. Meskipun begitu, pembagian tugas pengasuhan dilakukan
sewajarnya, dibiarkan berjalan dengan sendirinya dan ada sikap saling menyadari kesibukan
satu sama lain. Pembagian peran pengasuhan anak didasarkan pada siapa yang lebih memiliki
kelonggaran waktu untuk membantu pengasuhan. | en_US |