dc.contributor.author | Hakim, Siti Nurina | |
dc.date.accessioned | 2012-06-04T06:29:51Z | |
dc.date.available | 2012-06-04T06:29:51Z | |
dc.date.issued | 2012-06-04 | |
dc.identifier.citation | Anshar, M.U. dan Alshodiq, M. 2005 Pendidikan dan Pengasuhan Anak dalam Perspektif
Jender. Jakarta : Penerbit Gramedia Pustaka Utama.
Akhmad, S,2010. Mengaktifkan Siswa Dalam Belajar. Diakses dari :
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/04/03/
Baharits, A.H.S. 1996. Tanggung Jawab Ayah Terhadap Anak Laki-laki. Jakarta : Penerbit
Gema Insani.
Departement Pendidikan Nasional. UU No 20 Tahun 2003: Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakaarta: Depdiknas
Kadayati,T.Y. 2011. Peranan Guru Dalam Pengembangan Nilai-nilai dan Karakter Anak Di
Sekolah. http://fkip.um-surabaya.ac.id/2011/04/29/peranan-guru-dalampengembangan-
nilai-dan-karakter-anak-di-sekolah/
Karnadi, 2001. Model pendidikan agama anak jalanan: studi eksplorasi pada rumah singgah
di kota Semarang. Laporan Penelitian Individu. Penerbit Pusat Penelitian, Institut
Agama Islam Negeri Walisongo.
Koesoema, D.A. 2007. Pendidikan Karakter : Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.
Jakarta : Grasindo
Megawangi, R. (2003). Pendidikan Karakter untuk Membangun Masyarakat Madani. IPPK
Indonesia Heritage Foundation
Mudjiono, H; Hisbaron, N.S dan Sudarmo, A. 1996. Fungsi Keluarga Dalam Meningkatkan
Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Papalia, D.F. and Olds, S.W., 2005. Human Development. 6th ed. Boston : McGraw-Hill
Companies, Inc.
Raihana, H. 2007. Negara Di Persimpangan Jalan Kampusku. Yogyakarta : IMPULSE
(Institute of Multiculturalism and Pluralism Studies).
Sularto, St. 2010. Guru-guru Keluhuran : Rekaman Monumental Mimpi Anak Tiga Zaman.
Jakarta : PT Kompas Media Nusantara.
Suhartin, Ri. 2004. Mengatasi Kesulitan-kesulitan Dalam pendidikan Anak. Jakarta : PT BPK
Gunung Mulia.
Suryana. 2011. http://suryana77.wordpress.com/2011/02/04/nilai-nilai-karakter/
Waluyo, E. 2010. Membangun Karakter Melalu Pendidikan Sejak Usia Dini.
http://paud.unnes.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=6:membang
un-karakter-melalui-pendidikan-sejak-usia-dini-&catid=3:news.
Wibowo, A. 2011. Kompas : Tanamkan Karakter Anak secara Sederhana. Edisi Sabtu, 21
Mei 2011
Zurayk, M. 1997. Aku dan Anakku. Bandung : Al Bayan ( Kelompok Penerbit Mizan ) | |
dc.identifier.uri | http://hdl.handle.net/11617/1517 | |
dc.description.abstract | Pada masa pertumbuhan, seorang anak memiliki banyak pertanyaan
mengenai hal-hal yang dirasanya baru. Anak memiliki pertanyaanpertanyaan
kritis, disinilah dituntut kemampuan komunikasi yang baik yang
harus dimiliki oleh setiap orang tua dalam menjawab pertanyaanpertanyaan
yang dilontarkan oleh seorang anak. Anak-anak memiliki
dunianya sendiri. Hal iu ditandai dengan banyaknya gerak, penuh
semangat, suka bermain pada setiap tempat dan waktu,tidak mudah letih,
dan cepat bosan. Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang besar dan
selalu ingin mencoba segala hal yang dianggapnya baru. Anak-anak hidup
dan berpikir untuk saat ini, sehingga ia tidak memikirkan masa lalu yang
jauh dan tidak pula masa depan yang tidak diketahuinya. Oleh sebab itu,
seharusnya orang tua dapat menjadikan realitas masa sekarang sebagai
titik tolak dan metode pembelajaran bagi anak.(Zurayk, 1997). Manusia
Indonesia yang berkualitas hanya akan lahir dari individu yang berkualitas,
individu yang berkualitas hanya akan tumbuh dari anak yang berkualitas
(dalam Mudjijono,dkk, 1996). Anak yang berkualitas, selain mendapat
transformasi nilai-nilai dari keluarga, juga mendapatkannya dari daya
imajinasinya. Dunia anak memiliki ruang imajinasi yang cukup luas dan
bebas, sehingga anak lebih mudah menyerap nilai-nilai yang ada di
sekitarnya dengan memberinya keleluasaan dan arahan dalam menyelami
dunia imajinernya. Saat sekarang ini, anak-anak sudah sangat banyak
mendapat hidangan cepat saji, termasuk hidangan untuk unsur
psikologisnya. Tidak sedikit anak yang menunjukkan perilaku-perilaku
yang kurang diharapkan oleh karena mereka dalam kesehariannya
mendapatkan asupan “cepat saji”, statis dan tidak memiliki rasa. Kondisi
tersebut menyemai suatu kehidupan yang kurang memberi pemahaman
kepada anak, bahwa dalam kehidupan sehari-hari individu dituntut untuk
mampu menunjukkan nilai-nilai kehidupan positif, mampu
mengekspresikan dan memaknai emosi. Melalui cerita-cerita binatang
(fable), anak diharapkan dapat belajar tentang nilai-nilai yang dapat
diterapkan dalam kehidupannya. | en_US |
dc.subject | Nilai-nilai Karakter | en_US |
dc.subject | Cerita Binatang | en_US |
dc.title | MENANAMKAN NILAI-NILAI PEMBENTUK KARAKTER MELALUI CERITA BINATANG | en_US |
dc.type | Article | en_US |