UTILITAS BAHASA DALAM MENGKONSTRUKSI HEGEMONI KEKUASAAN PADA NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK, LINTANG KEMUKUS DINI HARI DAN JANTERA BIANGLALA KARYA AHMAD TOHARI DALAM PERSPEKTIF ANTROPOLOGI LINGUISTIK
Abstract
Penelitian ini secara garis besar bertujuan (1) memberikan penjelasan tentang
hegemoni kekuasaan yang diungkapkan pengarang dalam teks sastra melalui sistem
penanda; (2) memberikan penjelasan tentang hegemoni kekuasaan yang
ditunjukkan dalam teks sastra sebagai representasi kondisi kemanusiaan.; (3) menemukan konsep dasar yang dapat memberikan penjelasan tentang bahasa,
sistem kekuasaan dan kebudayaan dalam perspektif antropologi linguistik. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif deskriptif sebagai
upaya untuk menjelaskan bahwa utilitas bahasa dalam perspektif antropologi
linguistik mampu menformulasi dan merekonstruksi hegemoni kekuasaan yang
terdapat dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari dan
Jantera Bianglala karya Ahmad Tohari.. Data penelitian ini meliputi data primer
dan data sekunder. Data primer berupa teks sastra (novel). Sedangkan data sekunder
meliputi: (1) berbagai referensi atau jurnal yang relevan dengan permasalahan
penelitian; (2) berbagai informasi penting yang diperoleh dari pengarang,
budayawan dan pembaca yang dirujuk dari internet. Pengumpulan dapat dilakukan
dengan teknik studi dokumentasi atau studi kepustakaan dengan disertai
pemahaman arti secara mendalam. Teknik analisis data untuk pemaknaan
menggunakan metode pembacaan semiotik yaitu pembacaan heuristik dan
pembacaan hermeneutik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) hegemoni
kekuasaan yang diungkapkan pengarang melalui sistem penanda dapat
diperhatikan dalam penggunaan tanda/simbol yang mengarah pada pemaknaan
kekuasaan pada kategori linguistik yang dikaitkan dengan budaya masyarakat
dalam teks; (2) hegemoni kekuasaan yang ditunjukkan dalam teks sebagai
representasi kemanusiaan menunjukkan bahwa bahasa merupakan salah satu alat
yang jitu untuk memberikan suatu pembenaran terhadap perilaku manusia untuk
kepentingan-kepentingan tertentu; (3) bahasa yang digunakan dalam teks tidak
dapat dilepaskan dengan kebudayaan masyarakat dalam memberikan pemaknaan
tentang kekuasaan. Representasi kekuasaan tergambar secara jelas dalam
membicarakan dan menafsirkan penggunaan penanda bahasa yang mengacu pada
realitas sosial.