Show simple item record

dc.contributor.authorAmri, Rupi’i
dc.date.accessioned2012-12-10T03:48:32Z
dc.date.available2012-12-10T03:48:32Z
dc.date.issued2012-12
dc.identifier.citationA. Buku dan Kitab ’Abd al-Baqi, Muhammad Fuad, t.t., Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Qur’an al-Karim. Beirut : Dar al-Fikr. Ali, Mukti, 1991, Metode Memahami Agama Islam. Jakarta : Bulan Bintang. Anwar, Syamsul, 2011, Interkoneksi Studi Hadis dan Astronomi. Yogyakarta : Suara Muhammadiyah. Azhari, Susiknan, 2004, Ilmu Falak:Teori dan Praktek. Yogyakarta : Suara Muhammadiyah. —————————— , 2006, Penggunaan Sistem Hisab dan Rukyat di Indonesia (Studi tentang Interaksi NU dan Muhammadiyah. Yogyakarta : Disertasi UIN Sunan Kalijaga. ——————————, 2007, Hisab dan Rukyat (Wacana Untuk Membangun Kebersamaan di Tengah Perbedaan).Yogyakarta : Pustaka Pelajar. —————————— , 2008, Ensiklopedi Hisab Rukyat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Brill’s, E.J., 1993, First Encyclopaedia of Islam, Volume III. Leiden : E.J. Brill’s. Bukhari, Abi al-Fida’ Ismail, t.t., Sahih al-Bukhari. Beirut: Dar al-Fikr. Departemen Agama RI, t.t., Almanak Hisab Rukyat. Jakarta : Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam. Djamaluddin, T., 2005, Menggagas Fiqih Astronomis (Telaah Hisab Rukyah dan Pencarian Solusi Perbedaan Hari Raya). Bandung : Kaki Langit. ————————— , Thomas, 2011, Astronomi Memberi Solusi Penyatuan Ummat. Jakarta : LAPAN. Djambek, Sa’adoeddin, 1976, Hisab Awal Bulan. Jakarta: Tinta Mas. Ibn Kas\ir, Abi al-Fida’ Isma’il, t.t., Tafsir al-Qur’an al-‘Azim, Juz I. Beirut: Dar al-Fikr al-‘Arabi. Ilyas, Mohammad, 1997, Sistem Kalender Islam dari Perspektif Astronomi. Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka. Kamaluddin, H}usein, 1979, Ta’yin Awa’ili asy Syuhur al-’Arabiyyah bi al-Isti’mal al-H}isab. Jeddah : Dar al-Nasyr. Khazin, Muhyiddin, 2008, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek. Yoyakarta : Buana Pustaka. Keputusan Munas Tarjih ke-26 di Padang tanggal 5 Oktober 2003 Komisi Hisab dan Rukyah.Ma’luf, Loewis, 1986, Al-Munjid Fî Al-Luõah, Cetakan ke-28. Beirut : Dar al-Masyriq Publisher. Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2009, Pedoman Hisab Muhammadiyah,Cetakan Kedua. Yogyakarta : Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Maraghi, Ahmad Mustafa, t.t., Tafsir al-Maraghi, Juz II. Beirut: Dar al-Fikr. Morrison, David dan Tobias Owen, 1940, The Planetary System. New York : Addison-Wesley Publishing. Mudzhar, M. Atho’, 1998, Pendekatan Studi Islam.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Munawir, Ahmad Warson, t.t., Kamus al-Munawwir. Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Muslim, Abi> al-Husain, t.t., al-Jami’ as-Sahih.Beirut : Dar al-Fikr. Qalyubi, Syihabuddin, 1956, Hasyiyah Minhaj al Talibin. Jilid II. Kairo: Mustafa al-Babial H}alabi>. Qaradawi, Yusuf, 1990, Kaifa Nata’amal ma’a as-Sunnah an-Nabawiyah. Virginia : al-Ma’had al-‘Alami li al-Fikr al-Islami. Rasyid Rida, Muhammad, 1999, Tafsir Al-Manar, Jilid XI. Beirut : Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah. ——————————————— , 2005, Tafsir Al-Manar, Jilid II. Beirut : Dar al-Kutub al- ‘Ilmiyah. Saksono, Tono, 2007, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab. Jakarta: Amythias Publicita bekerja sama dengan Center for Islamic Studies. Shihab, M. Quraish, 2007, Tafsir al-Misbah, Juz I. Jakarta : Lentera Hati. Wardan, Muhammad, 1957, Hisab ‘Urfi dan Hakiki. Jogjakarta : Siaran. Wensinck, A.J., 1943, Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadis an-Nabawi, Juz II. Leiden : E.J. Brill. Zuhaili, Wahbah, t.t., At-Tafsir al-Munir fi al-’Aqi dah wa asy-Syari’ah wa al-Manhaj, Juz II dan XXIII. Beirut : Dar al-Fikr. B. Makalah dan Majalah ’Abd ar-Raziq, Jamaluddin, t.t., Bidayah al-Yaum wa Bidayah al-Lail wa an-Nahar, makalah pada www.amastro.ma/articles/art-debjour.pdf, diakses pada hari Jum’at, 8 April 2012. Anwar, Syamsul, (2008), “Perkembangan Pemikiran tentang Kalender Islam Internasional”, Makalah pada Musyawarah Nasional Ahli Hisab dan Fikih Muhammadiyah pada tanggal 21- 22 Jumadal Saniyah 1429 H/25-26 Juni 2008 M di Yogyakarta. Djamaluddin, T., (2003), “Pengertian dan Perbandingan Mazhab tentang Hisab, Rukyat, dan Matla’”, makalah pada Musyawarah Nasional Majelis Tarjih di Padang, tanggal 1-5 Oktober 2003.——————————— , (2010), “Redefinisi Hilal Menuju Titik Temu Kalender Hijriyah”, makalah pada Seminar Kelas Program Doktor Ilmu Falak Pascasarjana IAIN Walisongo. —————————— , (2009), Materi Kuliah Fikh Hisab Rukyah, Program Doktor Hukum Islam Konsentrasi Ilmu Falak IAIN Walisongo. Hambali, Slamet, (2012), “Memahami Hilal dan Awal Syawal 1433 H”, materi pada Halaqah Alim Ulama se-Jawa Tengah yang diselenggarakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah pada tanggal 9 Agustus 2012 di Hotel Semesta Semarang. Suara Muhammadiyah, No. 13, Tahun ke- 65, 1985.en_US
dc.identifier.issn1412-5722
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/2253
dc.description.abstractUmat Islam di Indonesia sampai saat ini masih berbeda-beda dalam menentukan awal bulan kamariah. Perbedaan ini mengakibatkan perbedaan pula dalam memulai peribadatan-peribadatan tertentu, yang paling menonjol ialah perbedaan dalam memulai puasa Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Perbedaan tersebut disebabkan oleh dua hal pokok, yaitu segi penetapan hukum, dan segi sistem atau metode penentuan awal bulan. Perbedaan penetapan awal bulan di Indonesia tersebut membuat para tokoh falak danastronomi bekerja keras untuk memikirkan upaya penyatuan kalender Islam. Salah satu tokoh yang gigih memperjuangkan upaya penyatuan kalender Islam di Indonesia adalah Thomas Djamaluddin. Artikel ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana konsep pemikiran Thomas Djamaluddin tentang upaya penyatuan kalender Islam di Indonesia dan bagaimana aplikasi pemikiran Thomas Djamaluddin tentang upaya penyatuan kalender Islam di kalangan ormas-ormas Islam Indonesia. Temuan-temuan dalam penelitian ini adalah: (1) Konsep pemikiran Thomas Djamaluddin tentang kriteria visibilitas hilal (crescent visibiliy) sebagai upaya penyatuan kalender Islam di Indonesia bertumpu pada redefinisi hilal, keberlakuan rukyah al-hilal atau matla’, dan kriteria visibilitas hilal (imkan ar-rukyah) tahun 2000 dan 2011. Kriteria LAPAN 2000 adalah: (a) Umur Bulan harus > 8 jam, (b) Jarak sudut Bulan-Matahari harus > 5,6°, tetapi apabila beda azimutnya < 6° perlu beda tinggi yang lebih besar lagi. Untuk beda azimut 0°, beda tingginya harus > 9°. Kriteria tersebut diperbarui oleh Thomas Djamaluddin pada tahun 2011 menjadi: (a) Jarak sudut Bulan-Matahari > 6,4°, dan (b) Beda tinggi Bulan-Matahari > 4°; (2) Aplikasi pemikiran Thomas Djamaluddin tentang kriteria visibilitas hilal (crescent visibility/imkan ar-rukyah) sebagai upaya penyatuan kalender Islam di Indonesia sampai saat ini masih belum sepenuhnya diterima oleh ormas-ormas Islam di Indonesia.en_US
dc.publisherLPPM UMSen_US
dc.subjectpenyatuan kalender Islamen_US
dc.subjectvisibilitas hilalen_US
dc.subjectorgnisasi massa Islamen_US
dc.titleUPAYA PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA (Studi atas Pemikiran Thomas Djamaluddin)en_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record