GENEALOGI SEKULARISME PADA ILMU MANAJEMEN
Abstract
Ilmu manajemen yang berlaku saat ini berkonsep sekular dan bercorak
antroposentris. Peran Tuhan tidak pernah dihadirkan. Keberhasilan
maupun kerugian seakan berhenti pada sebab upaya manusia saja.
Tuhan dianggap tidak berbuat apa-apa. Pada konsep ilmu yang
semacam ini, jika ditinjau dari sudut pandang agama tentu sangat
bertentangan. Munculnya konsep yang sekular seperti itu tidak lepas
dari diakomodasinya jalur keilmuan yang bersifat positivistik, yang
menguat pada era modern. Upaya-upaya bersifat universalisme dan
materialisme dikuatkan dengan cara merangkai-nya dengan istilah
ilmiah, yang dibatasi pada hal-hal yang bersifat veriviable, empiris,
diakui umum (general), measurable, ada faktanya, dan sebagainya.
Hal-hal yang bersifat metafisik (gaib) dianggap tidak ada. Hal-hal
seperti Tuhan, jiwa, psikis, nasib, rejeki, dan sebagainya yang bersifat
abstrak dianggap tidak ada. Tentu saja konsep yang sepert ini
mempunyai cacat epistemologis dan megabaikan realitas. Dampaknya,
banyak orang yang menjadi abai dengan oran lain, dengan alam, juga
dengan Tuhan akibat hanya berorientasi dengan materi atau kuasa
tersebut. Oleh ksrens itu, dalam aktifitas kehidupannya, manusia
menjadi senantiasa kompetitif, berperilaku zero sum game, berorientasi
individualis, dan mengukur kesuksesan dari indikator kuantitatif.
Kedepan, seharusnya sifat antroposentrisme dalam ilmu manajemen
perlu diubah menjadi teoantroposentris, dengan cara memasukkan
nilai-nilai ketuhanan dalam setiap aktivitasnya. Antara akal, teks-teks
keagamaan, dan hati disinergikan untuk melakukan perbuatan.
Perilaku tidak hanya diorientasikan untuk kepentingan diri sendiri
saja, tetapi juga ada upaya untuk membebaskan orang-orang yang mengupayakantidak
beruntung, serta senantiasa bertransendensi kepada Tuhan YME.
Cara yang bisa dilakukan adalah melengkapi konsep fungsi-fungsi
manajemen dengan kesadaran kemakhlukan sebagai manifestasi
ibadah kepada Allah SWT. Dengan demikian, ilmu manajemen tidak
lagi hanya bersifat positivistic-antroposentris, tetapi menjadi
manajerial-teoantroposentris.