dc.identifier.citation | Aris Poniman, 1976. Studi Geomorfologi Tanah Longsor di Daerah Aliran Sungai Genting, Batur, Banjarnegara. Skripsi S-1. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM. Agus Wuryanta, Sukresno dan Sunaryo, 2004. Identifikasi Tanah longsor dan Upaya Penanggulangannya Studi Kasusndi Purworejo, Kulonprogo dan Kebumen. Penelitian. Penelitian. Surakarta: BP2TPDAS. Ahmad Romsan, 1994. Dampak Pembangunan Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi dan Budaya Suku Anak Dalam di Sumatra Selatan. Jurnal. Jakarta : Pusat Studi Lingkungan PTS se Indonesia. Cooke and Doorkamp, 1974. Geomophology In Enviromental Management. Clarenden: Cambridge University Press. Coates, 1981. Enviromental Geology. New York: John Wiley and Sons Inc. Imam Hardjono, 1996. Penggunaan Foto Udara Hitam Putih Untuk Klasifikasi Gerak Massa di Daerah Karangkobar, Banjarnegara Jawa Tengah.. Tesis S-2. Yogyakarta: Falultas Geografi UGM. Imam Hardjono, 1998. Penggunaan Foto Udara Inframerah Berwarna Untuk Kajian Gerak Massa Daerah Kokap dan Sekitarnya, Kulonprogo Yogyakarta. Penelitian. Surakarta: Lembaga Penelitian UMS. Imam Hardjono, 2008. Pemintakatan Bahaya Longsor Lahan Menggunakan Foto Udara Pankromatik Hitam Putih di Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri Propinsi Jawa Tengah. Penelitian PHK A2. Surakarta: Falultas Geografi UMS. Imam Hardjono, 2009. Pemintakatan Bahaya Longsor Lahan di Kecamatan Manyaran Kabupaten Wonogiri Propinsi Jawa Tengah. Penelitian. Surakarta: Lembaga Penelitian UMS. Jawa Pos, 2010. Hujan Deras Menyebabkan Longsor di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso. Radar Solo Jawa pos 7/1/2010. Jawa Pos, 2010. Kawasan Wiata Jumog Ditutup Akibat Lonsor. Radar Solo Jawa pos 9/1/2010. Karmono Mangunsukardjo,1984. Inventarisasi Sumber Daya Lahan di DAS Serayu Tinjauan Secara Geomorfologi. Desertasi. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM. Lillesand and Kiefer, 1979. Remote Sensing. ITC. Netherland. Otto Sumarwoto, 1994. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. Sitanala Arsyad, 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bandung: IPB Press. Sunardi Joyosuharto,1984. Dasar-Dasar Klasifikasi Bentuklahan. Makalah. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM. Sutanto, 1986. Penginderaan Jauh Jilid I. Yogyakarta: Gama Press Schuster, R.L dan Krizek, R.J. ed, 1978. Land SlideAnalysis and Control. Woshington D.C: National Academy of Sciences. Sharpe,1976. Landslides Ann Related Phenomena. New York: Columbia University Press Thornbury, 1954. Principle Of Geomophology. New York: John Willey and Sons Inc. Van Zuidam, 1979. Terrain Analysis and Classification Using Aerial Photograph. Netherland: ITC Vernes, D.J, 1978. Slope Movements Type and Processes. Woshington D.C: National Academy of Sciences. | en_US |
dc.description.abstract | Tujuan dari penelitian ini adalah 1) identifikasi karakteristik lahan dan pemetaan zona
krisis longsor lahan, 2) untuk mengetahui factor-faktor yang memicu terjadinya longsor
lahan di daerah tersebut, 3) menetukan model-model pengelolaan lahan guna mencegah terjadinya
longsor pada lahan yang bagus dengan engineer vegetatif dan juga mechanical engineer di daerah
peka bencana longsor lahan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey,
analisis laboratorium dan interpretasi citra landsat 7 ETM+. Data-daya yang digunakan adalah
data primer dan sekunder. Data-data Primer terdiri dari ketebalan tanah solum, tekstur tanah dan
permeabilitas tanah, kemiringan, mata air atau rembesan dan air tanah, kedalaman kerusakan
batuan, kedekatan kepadatan, derajat kerusakan. Data-data sekunder terdiri dari curah hujan,
peta topografi, peta geologi, peta tanah dan peta penggunaan lahan. Metode pengambilan sample
adalah stratified sampling dengan tingkat-tingkat unit lahan. Metode analisis data dengan scoring.
Hasil-hasil dari penelitian ini adalah: 1) ada tiga kelas bahaya tanah longsor,
yaitu kelas I
(ringan/stabil),
kelas II (sedang) dan kelas III (berat). Karakteristik-karakteristik
tanah longsor
adalah
: kemiringan berkisar 7 – 35%, sebagian besar batuan mengalami tingkat kerusakan,
hanya
sedikit batuan yang mengalami kerusakan sempurna, jarak kepadatan batu berkisar antara
<6
- >60 meter,
kedalaman kerusakan berkisar dari 0,50 – 1 meter,
permeabilitas 0,271 –
10,810
cm/clock, konsistensi tanah lemah-sangat lemah, liat tanah bertekstur tanah, tanah liat,
loam,
konsentrasi mata air/rembesan
di beberapa tempat pada keretakan
lereng,
kedalaman air
tanah
> 5 meter,
juga adanya penggalian di beberapa tempat dan penggunaan lahan. 2) Faktorfaktor
yang memicu terjadinya tanah longsor antara lain: lereng
(khususnya unit lahan V4IIIAnP,
V4IIIAnPk,
V4IIIAnSM, V4IIILaPk dan V4IIILaSm), kerusakan batuan, kedekatan kepadatan
batuan,
kedalaman tanah, permeabilitas tanah, konsistensi tanah, konsentrasi mata air/rembesan,
kedalaman
air tanah, erosi langkan sungai dan penggalian langkan sungai dan penggunaan
lahan.
3) model-model pengelolaan longsor lahan yang dapat diterapkan di area penelitian adalah
model
engineer,
vegetatif yang membentuk tanaman tahunan berkanopi padat, penanaman belukar
dan
rumput-rumputan dibawah tanaman tahunan. Untuk model mekanis dengan pembuatan
bronjong
kawat atau bamboo, pembuatan saluran pembuangan air (saluran pembuangan/ teras),
terasering. | en_US |