dc.contributor.author | Asngad, Aminah | |
dc.contributor.author | Suparti | |
dc.contributor.author | Laksono, Priyonggo Budi | |
dc.date.accessioned | 2013-08-24T07:17:26Z | |
dc.date.available | 2013-08-24T07:17:26Z | |
dc.date.issued | 2011-04 | |
dc.identifier.citation | Abdul, Rohman Sumantri. 2007. Analisis Makanan. Yogyakarta: Gajah Mada University Prees. IKAPI. Almatsier, Sunita. 2001. Pengantar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Astawan, Made dan Tutik W, 2004. Diet Sehat Dengan Makan Berserat. Solo: Tiga Serangkai _______. 2004. Sehat Bersama Aneka Serat Pangan Alai. Solo: Tiga Serangkai. Baliwati, Frida Yayuk, dkk. 2002. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Swadaya Buckle, KA. Dkk. 2004. Ilmu Pangan. Jakarta: UI Press. De Man, John M. 2003. Biologi Makanan. Bandung: Penerbit ITB. Desrosier, Norman. 2005. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta: UI Pers. Dwijoseputro. 1990. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan. Houston, D.F. 1992, CFTRI. 1995. Nutrivite Value of Rice Brand Narasinga Rao. http// www.gizi.com/h/0000.62819.htm.2004 Ikawati. 2006. Kualitas Tempe Kedelai (Glysine Max) Dengan Penambahan Onggok Tapioca Terhadap Kadar Protein Dan Mutu Tempe. Surakarta: UMS. Kartika, Bambang. 2005. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. Yogyakarta: penerbit Pusat Antar Universitas pangan dan Gizi Kasmidjo. 1990. Tempe: Mikrobiologi Dan Biokimia, Pengolahan Serta Pemanfaatannya. Yogyakarta: UGM Press. Kompas. 2009. Rahasia Sehat dengan Makanan Berkasiat. PT. Kompas Media Nusantara: Jakarta. Mujiastuti, Agustina. 2007. Pengaruh Perendaman Ekstrak Kulit Dan Bonggol Nanas Terhadap Kadar Protein Dan Kualitas Tempe Koro.Surakarta: UMS. Mulyani.2006. Kadar Protein Tempe Dari Biji Polong-Polongan Dengan Penambahan Tepung Beras.Surakarta: UMS Murtidjo, Agus Bambang. 2003. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Yogyakarta: Kanisius Rasyat, Muh. 2000. Bahan Makanan Unggas. Yogyakarta: Kanisius. Samadi, Budi. 2003. Usaha Tani Kacang Panjang. Yogyakarta: Kanisius. Sarwono, B. 2005. Membuat Tempe Oncom. Jakarta: Penebar Swadaya. Sediaoetomo, achmad Djaeni. 2003. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia (Jilid II). Jakarta: Dian Rakyat. Soelistiani, Agus Dina. 2009. Sehat Dengan Menu Berserat. Trubus. Agriwidya. Soekarto, Soewarno. 2005. Panilaian Organoleptik. Jakarta: Bharata Kata Aksara Sudarmadji, Slamet. 2006. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty. Suliantri, Warianti, PR. 2000. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan. Bandung: Penerbit Alumni. Suprapti, Lien. 2003. Pembuatan Tempe.Yogyakarta: Kanisius. Tarigan, Jeneng. 2008. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan dan Tenaga Pendidikan. Tarwodjo,C, Soejoeti. 2008. Dasar-Dasar Gizi Kuliner.Jakarta. Grasindo. Volk dan Whesler. 2003 Mikrobiologi Dasar 2. Jakarta: Erlangga. Winarno. 2004. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta: Gramedia. Wiraksuma, Emma S. 2005. Tempe: Makanan “Super” Asli Indonesia.Jakarta: Penebar Swadaya. | en_US |
dc.identifier.issn | 1411–5174 | |
dc.identifier.uri | http://hdl.handle.net/11617/3436 | |
dc.description.abstract | Tempe merupakan makanan tradisional hasil industri rakyat yang telah dikenal di Indo
nesia yang dibuat dari kacang kedelai melalui fermentasi dengan menggunakan kapang
rhizopus (“ragi tempe”). Pembuatan tempe dapat menggunakan beraneka bahan dasar dari
biji-bijian seperti, kacang merah, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain sebagainya.
Selain harganya murah tempe juga memiliki kandungan protein nabati tinggi, apalagi dalam
pembuatan tempe dengan penambahan bahan tertentu untuk melengkapi kandungan gizinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penembahan bekatul terhadap kadar
serat, kadar karbohidrat dan sifat organoleptik tempe kacang merah. Rancangan penelitian
yang digunaan adalah Rancangan Acak Lengkap pola factorial yang terdiri dari 2 faktor
dengan 8 kombinasi perlakuan dan masing-masing perlakuan menggunakan 3 kali ulangan.
Adapun perlakuannya adalah: R
0
F
1
( tanpa bekatul, lama fermentasi 2 hari), R
( tanpa
bekatul, lama fermentasi 3 hari), R
1
F
(dosis bekatul 5%, lama fermentasi 3 hari), R
1
(dosis bekatul 5%, lama fermentasi 2 hari), R
2
F
(dosis bekatul 10%, lama fermentasi 2
hari), R
2
F
2
1
(dosis bekatul 10% , lama fermentasi 3 hari), R
3
F
(dosis bekatul 15%, lama
fermentasi 2 hari), R
3
F
2
1
(dosis bekatul 15%, lama fermentasi 3 hari). Teknik penelitian ini
adalah menggunakan penilitian deskriptif kualitatif untuk mengetaui kualitas tempe kacang
merah. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa kandungan gizi maximal yaitu serat
pada perlakuan R
3
F
1
= 5,75 gr% dan karbohidrat pada perlakuan yang sama R
= 24,37
gr%. Sifat organoleptik tempe yang baik yaitu penambahan bekatul 5% baik itu warna,
aroma, tekstur dan kekompakan, serta tekstur pada R
3
F
lebih padat kompak dibandingkan
dengan perlakuan yang lainnya, dan pada parameter warna paling putih kompak serta
morfologi miselium lebih padat terdapat pada perlakuan R
1
2
F
2
3
Uji Kadar Serat, Karbohidrat, dan Sifat Organoleptik pada ... (Aminah Asngad, dkk.)
23
0
F
F
1
. Sedangkan pada uji bau R
menunjukkan lebih bau bekatul daripada dengan perlakuan yang lainnya. Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkam bahwa semakin banyak penambahan
bekatul, kadar serat dan karbohidrat pada tempe semakin tinggi. Penambahan bekatul dapat
mempercepat proses fermentasi, karena dalam bekatul terdapat protein dan karbohidrat cukup
tinggi yang dapat mempercepat kesuburan jamur. | en_US |
dc.publisher | UMS | en_US |
dc.subject | bekatul | en_US |
dc.subject | tempe kacang merah (Vigna umbellate) | en_US |
dc.subject | karbohidrat | en_US |
dc.subject | sifat organoleptik. | en_US |
dc.title | Uji Kadar Serat, Karbohidrat, dan Sifat Organoleptik pada Pembuatan Tempe dari Bahan Dasar Kacang Merah (Vigna Umbellate) dengan Penambahan Bekatul | en_US |
dc.type | Article | en_US |