Pola Struktur Kota Surakarta dalam Lingkup Pengaruh Pembangunan Masjid Agung pada Masa Kerajaan Mataram Islam
Abstract
Kota Surakarta berawal terbentuk seiring dengan berdirinya kerajaan Mataram Islam, yang
mengalami perpindahan dari Kartasura. Struktur inti kota Surakarta, berupa Kraton, Alunalun
dan
Masjid.
Struktur kota semacam ini, merupakan prototype kota kerajaan Mataram
Islam. Keberadaan Masjid memiliki makna simbol bahwa raja selain menjadi pemimpin
(pusat orientasi) budaya, juga pemimpin keagamaan. Bentuk masjid Agung Surakarta
meniru bangunan masjid Demak, sebagai simbol kedudukan raja yang setara sebagai pusat
orientasi keagamaan tersebut. Masjid Agung Surakarta dalam struktur kota, terkait secara
diakronik dalam perkembangan unsur-unsur kota lain, mewarnai pola tata ruang kota.
Terjadi poros Timur-Barat, membentang antara Kampung arab, masjid Agung, hingga
Laweyan, secara sinkronik cukup kuat mewarnai kultur ke-Islaman. Keberadaan masjid
Agung Surakarta dalam struktur kota kerajaan Mataram Islam, dikaji dalam pendekatan
diakronik-sinkronik terhadap unsur-unsur kota lainnya. Masing-masing unsur, signifikan
mempengaruhi berdirinya fasilitas-fasilitas dan kawasan baru, sebagai unsur-unsur kota.
Penggambaran masjid Agung dalam konteks struktur kota Surakarta, dilihat secara
morfologis pembentukan, dalam interrelasi unsur-unsur kota lainnya. Telaah morfologis
tersebut, dilakukan dengan pendekatan interpretasi artefak fisik (arsitektural), mengkaitkan
latar sejarah pembentukan kota Surakarta beserta unsur-unsur kotanya. Sebagai temuan,
masjid Agung Surakarta ternyata menjadi penyebab terjadinya poros Timur – Barat, yang
seolah membelah kota Surakarta. Poros tersebut selanjutnya menjadi ciri yang berlatar keIslaman.
Disisi lain, unsur-unsur kota yang berlatar budaya Jawa, tersusun dalam poros
Utara-Selatan, mulai Pasar Gede, Kraton, hingga Pasar Gading.