Show simple item record

dc.contributor.authorJunianto
dc.date.accessioned2013-10-09T08:05:07Z
dc.date.available2013-10-09T08:05:07Z
dc.date.issued2012-05-24
dc.identifier.citationAbdurrachman Surjomihardjo, 1987, Rekonstruksi Sejarah Kota Melalui Perkembangan Tiga Jalur Pranata Sosial, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Darsiti Soeratman, 1989, Kehidupan Dunia Kraton Surakarta 1830 – 1939, Tamansiswa, Yogyakarta. Darmosugito, 1956, Kota Jogjakarta 200 Tahun, Panitia Peringatan kota Yogyakarta 200 tahun. Fragner, Benjamin, 1994, The Illustrated History Of Architecture, Aventinum, Prague. Geldern, R.H., 1982, Konsepsi Tentang Negara & Kedudukan Raja Di Asia Tenggara, terjemahan, Grafiti Pers, Jakarta. Graaf, H.J.D., 1986, Puncak Kekuasaan Mataram, Grafiti-pers, Jakarta. Jo Santoso, 1984, Konsep Struktur & Bentuk Kota Di Jawa s/d Abad Xviii, Disertasi, tidak dipublikasi. Junianto, 1994, Struktur Kota Surakarta – Tinjauan Makna Unsur-unsur Kota Peninggalan Kerajaan Mataram, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, tidak dipublikasi. Kusumadilaga, M.W.R., ---- , Perpindahan Kraton Kartasura Ke Surakarta, Perpustakaan Radya Pustaka, Surakarta. Kartodirdjo, Sartono, 1992, Pengantar Sejarah Indonesia Baru : 1500 – 1900, Gramedia, Jakarta. Nas, Peter J.M., 1986, The Indonesian City, Foris Publications Holand, Leiden. Pringgodigdo, A.K., 1983, Lahir Serta Tumbuhnya Kerajaan Mangkunegaran, Perpustakaan Rekso Pustoko, Mangkunegaran, Surakarta. Sajid, R.M., 1984, Babad Sala, Perpustakaan Rekso Pustoko, Mangkunegaran, Surakarta. Tiknopranoto dan Mardisuwignya, --- , Sejarah Kutha Sala, Toko Buku Pelajar, Sala.en_US
dc.identifier.issn2252-8962
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/3545
dc.description.abstractKota Surakarta berawal terbentuk seiring dengan berdirinya kerajaan Mataram Islam, yang mengalami perpindahan dari Kartasura. Struktur inti kota Surakarta, berupa Kraton, Alunalun dan Masjid. Struktur kota semacam ini, merupakan prototype kota kerajaan Mataram Islam. Keberadaan Masjid memiliki makna simbol bahwa raja selain menjadi pemimpin (pusat orientasi) budaya, juga pemimpin keagamaan. Bentuk masjid Agung Surakarta meniru bangunan masjid Demak, sebagai simbol kedudukan raja yang setara sebagai pusat orientasi keagamaan tersebut. Masjid Agung Surakarta dalam struktur kota, terkait secara diakronik dalam perkembangan unsur-unsur kota lain, mewarnai pola tata ruang kota. Terjadi poros Timur-Barat, membentang antara Kampung arab, masjid Agung, hingga Laweyan, secara sinkronik cukup kuat mewarnai kultur ke-Islaman. Keberadaan masjid Agung Surakarta dalam struktur kota kerajaan Mataram Islam, dikaji dalam pendekatan diakronik-sinkronik terhadap unsur-unsur kota lainnya. Masing-masing unsur, signifikan mempengaruhi berdirinya fasilitas-fasilitas dan kawasan baru, sebagai unsur-unsur kota. Penggambaran masjid Agung dalam konteks struktur kota Surakarta, dilihat secara morfologis pembentukan, dalam interrelasi unsur-unsur kota lainnya. Telaah morfologis tersebut, dilakukan dengan pendekatan interpretasi artefak fisik (arsitektural), mengkaitkan latar sejarah pembentukan kota Surakarta beserta unsur-unsur kotanya. Sebagai temuan, masjid Agung Surakarta ternyata menjadi penyebab terjadinya poros Timur – Barat, yang seolah membelah kota Surakarta. Poros tersebut selanjutnya menjadi ciri yang berlatar keIslaman. Disisi lain, unsur-unsur kota yang berlatar budaya Jawa, tersusun dalam poros Utara-Selatan, mulai Pasar Gede, Kraton, hingga Pasar Gading.en_US
dc.publisherUniversitas Muhammadiyah Surakartaen_US
dc.subjectMataram Islamen_US
dc.subjectstruktur kotaen_US
dc.subjecttata ruang masjiden_US
dc.titlePola Struktur Kota Surakarta dalam Lingkup Pengaruh Pembangunan Masjid Agung pada Masa Kerajaan Mataram Islamen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record