Aplikasi Lean Six-Sigma untuk Peningkatan Kualitas Produk
dc.contributor.author | H HARISUPRIYANTO | |
dc.date.accessioned | 2013-10-11T07:10:44Z | |
dc.date.available | 2013-10-11T07:10:44Z | |
dc.date.issued | 2013-03-28 | |
dc.identifier.citation | Andersen, B. dan Fagerhaug, T. 2006. “Root Cause Analysis: Simplified Tools Techniques”. American Society for Quality. Milwaukee: Quality Press. Evans, J. R. dan Lindsay, W. M. 2007. Pengantar Six Sigma; An Introduction to Six Sigma and Process Improvement. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Carey, B. Eva Z.2006. Lean Six Sigma Getting Result by Improving Quality and Speed. <URL:http://www.cunamutual.com/cmg/media/00015124.pdf> DaimlerChrysler Corporation; Ford Motor Company; General Motors Corporation. July 2001. Potential Failure Mode And Effects Analysis (FMEA), Reference Manual George, M. L. 2002. Lean Six Sigma: Combining Six Sigma Quality With Lean Speed, New York : McGraw-Hill. Harisupriyanto. 2012. Prosiding Sem Nas KNEP ” Implementasi Lean Manufacturing Dan 5 S Untuk Meningkatkan Kapasitas Produksi” , Udayana-Bali Pyzdek, T. 2002. The Six Sigma Handbook: A Complete Guide for Greenbelts, Black belts, and Managers at all Levels, Tucson, Quality Publishing, Inc | en_US |
dc.identifier.issn | 2337-4349 | |
dc.identifier.uri | http://hdl.handle.net/11617/3561 | |
dc.description.abstract | Kualitas merupakan faktor yang mendasari keputusan bagi konsumen untuk memilih produk dan jasa yang diinginkan. Arti kualitas pada awalnya dapat dibangun oleh perusahaan namun untuk selanjutnya perusahaan harus memperhatikan keinginan/ kebutuhan konsumen. Dalam memberikan pelayanan prima kepada pelanggan, maka organisasi-perusahaan perlu menerapkan konsep lean thinking, yaitu selalu mereduksi waste (pemborosan) yang dianggap tidak di butuhkan. Diperlukan metodologi yang mampu mengurangi variasi produk dan kesalahan yang disebut Six Sigma. Aplikasi keduanya sering disebut Lean Six Sigma. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas dari produk furniture. Banyaknya produk cacat, terutama adalah cacat tekstur permukaan serta dimensi dalam bentuk rework yang menyebabkan perusahaan menderita kerugian. Perusahaan mengharapkan dapat menekan defect produk kurang dari 2%. Proses cutting dan forming tercatat adalah penyumbang produk cacat tertinggi, sehingga penelitian dibatasi pada kedua proses. Proses cutting dan forming masing-masing diidentifikasi jenis cacat yang dianggap problem utama. Sehingga perhatian utama perbaikan kualitas yang akan dilakukan adalah untuk kecacatan pada problem utama. Sigma awal proses cutting dan forming secara berurutan adalah cukup bagus. Target yang ingin dicapai adalah meningkatkan nilai sigma kedua proses. Peningkatan nilai sigma akan diikuti dengan turunnya nilai defect per million opportunities (DPMO). | en_US |
dc.publisher | Universitas Muhammadiyah Surakarta | en_US |
dc.subject | lean | en_US |
dc.subject | waste | en_US |
dc.subject | Sigma | en_US |
dc.subject | defect | en_US |
dc.subject | DPMO | en_US |
dc.title | Aplikasi Lean Six-Sigma untuk Peningkatan Kualitas Produk | en_US |
dc.type | Article | en_US |
Files in this item
This item appears in the following Collection(s)
-
IENACO (Industrial Engineering National Conference) 2013
Inovasi Teknologi untuk Kemandirian Bangsa