dc.identifier.citation | Supriyono, Wardhana W.A dan Sudaryo. 2007. “Sistem Pemilihan Pejabat Struktural dengan Metode Analytical Hierachi Proces”.Jurnal Seminar Nasional, Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) Batan. b. Saaty, T.L 1993. Skala Banding Secara Berpasangan. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo. c. Darmawi, 2005, Manfaat manajemen risiko yang diberikan terhadap perusahaan. http://id.shvoong.com/business-management/management/1848897-manajemen-risiko/ d. Darmawi, 2005, Sasaran yang akan dicapai manajemen risiko. http://id.shvoong.com/business- management/management/1848897-manajemen-risiko/ e. Mulyono, S., 1996, Teori Pengambilan Keputusan, Jakarta, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1996. http://repository.unand.ac.id/372/1/613_Teknika __Eri_Wirdianto_dan_Elfira_Unbersa_.pdf | en_US |
dc.description.abstract | Persaingan dunia bisnis dalam mendapatkan keuntungan dan tujuan yang dicapai menyebabkan
para pebisnis tersebut saling berlomba-lomba untuk meningkatkan produktivitas, memperluas
pemasaran, menurunkan risiko kerugian, oprimalisasi sumber daya manusia, serta penanganan
transaksi baik antara perusahaan dengan pelanggan maupun perusahaan dengan perusahaan lain.
Pada penelitian ini tujuannya adalah untuk menentukan rating dari kriteria-kriteria risiko,
menentukan rating dari sub kriteria risiko, dan menentukan risiko tertinggi serta risiko terendah
pada proyek pemeliharaan industri yang ditangani PT. XYZ dengan menggunakan metode
Analitytical Hierarchy Process (AHP). Hasil Rating berdasarkan kriteria-kriteria risiko terbesar
sampai terkecil yaitu; bidang desain (engineering) (4.7%), bidang konstruksi (construction) (3.32%),
bidang lingkungan & alam (4.31%), bidang administrasi & kontrak (2.8%), dan bidang pengadaan
(procurement) (1.62%). sedangkan rating berdasarkan subkriteria risiko terbesar yaitu; hujan
(10.4%), gempa bumi (10.3%), tanah longsor (10.2%), ketidaksesuain biaya material utama (7.5%),
kecelakaan kerja & penyakit (7.1%), kelemahan monitoring & supervisi (6.83%), ketidakcukupan
tenaga kerja (6.79%), ketidaktepatan waktu pengadaan material utama (6.7%), ketidakmampuan
tenaga desain (6%), ketidaksempurnaan desain (5.69%), kendala ketersediaan material utama
(5.65%), tidak adanya ijin dari pemerintah (4.9%), ketidakakuratan data-data untuk desain.(4.6%),
tidak adanya bukti formal tentang pembebasan lahan lokasi proyek (4%), dan ketidakjelasan
kemungkinan skalasi harga proyek (3.5%). Berdasarkan data di atas, maka diperoleh kesimpulan
risiko yang terbesar adalah proyek pemeliharaan jembatan di Padang (18.7%) dan risiko terkecil
adalah proyek pemeliharaan jalan kota di Cilegon (10%). | en_US |