Upaya Perancangan Bangunan Tradisional Sunda sebagai Pendekatan Kreatif Lokal, Ramah Lingkungan dan Hemat
Abstract
Permasalahan krisis lingkungan dan krisis energi (listrik, BBM) yang diiringi dengan semakin
menyusutnya ruang terbuka hijau, pemborosan energi, pemborosan bahan bangunan , mendorong
berbagai kalangan (arsitek,arsitek lanskap, desainer interior, produsen bahan bangunan, dan lain-
lain) untuk berpikir ulang tentang paradigma membangun rumah berkelanjutan dan ramah
lingkungan. Perwujudan desain bangunan tersebut sebenarnya sudah dilakukan sejak jaman dahulu,
seperti mendirikan rumah panggung yang bertujuan supaya tidak lembab dan nyaman, perwujutanya
adalah disebut dengan bangunan tradisional. Bangunan tradisional merupakan bangunan dibuat oleh
masyarakat di daerah yang banyak menyimpan berbagai kelebihan, salah satu contohnya bangunan
tradisional di Kampung Kranggan. Proses pembangunan dan teknik pembangunannya umumnya
sederhana dan bahkan tidak terlalu memperhatikan aspek-aspek desain yang hemat energi. Tetapi
didalam operasionalnya, bangunan ini justru lebih hemat dibandingkan dengan bangunan-bangunan
modern yang dibangun diperkotaan dengan bantuan arsitek. Salah satu penyebab hal ini adalah
adanya sistematisasi sistem bangunan tradisional, yang mencakup struktur, utilitas, interior, dan
envelope-nya. Hal inilah yang dicoba diungkapkan ditulisan ini dengan dengan menguraikan
keberadaan sistem perancangan bangunan tradisional melalui metode penelitian diskriptif dengan
survey langsung dan membandingkan antara kampung tradisional di Jawa Barat, yaitu Kampung
Naga yang ada di Garut dengan Kampung Kranggan yang ada di Pondok Gede, Bekasi. Kampung
Kranggan merupakan salah satu kampung tradisional sunda yang masih hidup diantara megapolitan
Jakarta. Maka penelitian ini bertujuan untuk mewujudkan perancangan bangunan yang berkelanjutan
dan ramah lingkungan hemat energi, yang berakar dari arsitektur tradisional. Sehingga nantinya
permasalahan krisis lingkungan dan krisis energi bisa teratasi.