Regulasi Emosi Remaja yang Diasuh secara Otoriter oleh Orangtuanya
View/ Open
Date
2013-06-01Author
Kurniasih, Wulan
Pratisti, Wiwien Dinar
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, memahami, dan mendeskripsikan
regulasi emosi pada remaja yang memiliki pola asuh otoriter. Metode yang digunakan adalah
metode kualitatif yang dikombinasikan dengan metode kuantitatif. Informan dalam
penelitian ini adalah remaja yang berusia 15 sampai dengan 18 tahun. Pola asuh otoriter
diungkap melalui skala pola asuh otoriter, sedangkan regulasi emosi pada remaja yang
memiliki pola asuh otoriter diungkap menggunakan kuesioner tertutup tentang regulasi
emosi. Hasil penelitian yang berasal dari skala pola asuh otoriter menunjukkan bahwa dari
69 remaja, sebanyak 4,34% remaja memiliki pola asuh otoriter sangat tinggi, 20,29%
memiliki pola asuh otoriter tinggi, 42,03% memiliki pola asuh otoriter sedang, 46,38%
memiliki pola asuh otoriter rendah, dan sebanyak 0% memiliki pola asuh otoriter sangat
rendah. Berdasarkan hasil dari skala pola asuh otoriter tersebut, diperoleh 17 remaja yang
memiliki kategori sangat tinggi dan tinggi. Selanjutnya subjek penelitian diberi kuesioner
tertutup tentang regulasi emosi. Hasilnya menunjukkan bahwa sebanyak 4 remaja cenderung
menggunakan strategi regulasi emosi yang positif dalam menghadapi permasalahan di
lingkungan keluarga, teman sebaya, sekolah, dan masyarakat seperti kembali fokus pada
perencanaan awal, fokus pada hal-hal positif, bersedia menerima peristiwa apapun sebagai
bagian dari kehidupannya, mengevaluasi peristiwa yang dihadapi secara lebih positif, dan
berusaha menempatkan peristiwa yang dihadapi sesuai dengan perspektifnya; dan sebanyak
13 remaja yang memiliki kecenderungan menggunakan strategi regulasi emosi kombinasi
antara positif dan negatif dalam menghadapi permasalah kehidupan. Strategi yang digunakan
adalah fokus pada perencanaan awal, focus pada hal-hal yang positif, bersedia menerima
peristiwa apapun sebagai bagian dari kehidupannya, mengevaluasi peristiwa yang dihadapi
secara lebih positif, dan berusaha menempatkan peristiwa yang dihadapi sesuai dengan
perspektifnya, meskipun kadang-kadang masih menyalahkan diri sendiri, menyalahkan
orang lain, mencoba memahami kembali, dan katastrop.