dc.identifier.citation | Brue Greg, 2002, Six Sigma for Manager, Canary. Jakarta Gasperz, Vincent. 2002 Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasidengan ISO 9001 – 2000. PT Gramedia. Jakarta. Hari Purnomo,2004. Pengantar Teknik Industri, Penerbit Graha Ilmu Hadi Soepratna. 2011. Analisis Peningkatan Kualitas Produk Pipa STKM untuk Meminimalisasi Tingkat cacat (Down Grade) Dengan Metode Six Sigma di PT.Steel Pipe of Indonesia. Moh. Nazir. 1988. Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta Pande Pete, Larry Holpp. 2002, What is Six Sigma. Penerbit Andi, Yogyakarta. Peter S. Pande, Robert P. Neuman, Roland R. Cavanagh. 2003. The Six Sigma Way. Penerbit Andi. Yogyakarta Ronald E. Walpole. 1992. Pengantar Statistika. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Yoga Alvian Nugraha. 2012. Pengembangan Produk Dengan Fokus Kebutuhan Pelanggan Menggunakan Metode Survei Pada Awal Kepemilikan Kendaraan (Studi Kasus pada Produk Mobil di PT Astra Daihatsu Motor Jakarta), | en_US |
dc.description.abstract | PT. Denso Indonesia adalah salah satu perusahaan yang memproduksi spare
part kendaraan bermotor di Indonesia yang mensuplai kebutuhan dari beberapa
perusahaan mobil dan motor ternama di Indonesia. Salah satu produk utamanya adalah
Radiator Assy 2WV, yang berfungsi sebagai pendingin air pada cooling engine. Salah
satu proses utamanya adalah Core Assembling Process.Core AssemblingProcess
terbagi menjadi 3 Line, yaitu Line 1 dan 2 untuk 4WV (roda 4) dan Line 3 untuk 2WV
(roda 2). Dalam data inspection periode Juli hingga September 2013,Line 3 memiliki
tingkat ratio no good in process cukup tinggi dibandingkan Line yang lainnya, yaitu
52.1%. Ini disebabkan banyak terjadinya cacat produk pada Core Assy tersebut,
seperti : no good Fin Miring (47.6%), no good Tube Deformasi (22.4%), no good
Tube Expanding (15%), no good Plate Setting (9.8%), dan no good Core Height
(5.2%). Sehingga total no good in process sebesar 9.4%.Dalam hal kualitas, PT.Denso
Indonesia memiliki target batas no good in process sebesar 1%.Metode perbaikan
yang akan digunakan untuk peningkatan kualitas yaitu Six Sigma. Six Sigma
merupakan pendekatan menyeluruh untuk menyelesaikan masalah dan peningkatan
proses melalui fase DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, and Control). Six
Sigma merupakan metode untuk mendapatkan dan menghilangkan penyebab cacat
pada output produk melalui analisis di setiap proses produksiDari tahapan define,
measure, analyze, improve, dan control diperoleh bahwa Core Assy yang diproduksi di
Line 3 ini memiliki cacat paling tinggi dengan nilai DPMO sebelum dilakukan
perbaikan yaitu 18.800 yang kemudian dikonversi pada tingkat sigma yaitu 3.58 sigma,
dengan cost of poor quality (COPQ) yang bila ditanggung oleh perusahaan yaitu Rp.
868.560.000. Setelah dilakukan implementasi perbaikan selama 2 bulan yaitu pada
bulan Oktober 2012 sampai dengan November 2012 dengan mengajukan usulan
pembuatan jig stopper pada mesin tube cutting, penambahan seam pada base jig, dan
pembuatan master jig untuk kalibrasi jig clamp, diperoleh penurunan nilai DPMO
menjadi 9.905 sehingga terjadi peningkatan tingkat sigma menjadi 3.83 sigma, dengan
jumlah COPQ setelah perbaikan Rp. 549.120.000,-. Sehingga kenaikan sigma yang
diperoleh dari hasil perbaikan adalah 0.25 dan terjadi penurunan no good in process
menjadi 4.95%. | en_US |