Penentuan Prioritas Mode Kegagalan Penyebab Kecacatan Produk dengan Anova (Studi Kasus: CV. Putra Nugraha Triyagan)
Abstract
Produk cacat merupakan salah satu waste (sampah) didalam suatu proses produksi yang
merugikan perusahaan. Untuk mengurangi jumlah produk cacat yang dihasilkan, maka perlu
dilakukan identifikasi dan pengukuran komponen atau bagian dari proses produksi yang
menyebabkan kecacatan dan perlu dilakukan perbaikan. Pada penelitian ini dibahas
penentuan prioritas mode kegagalan yang menyebabkan kecacatan produk pada proses
pencetakan LKS (Lembar Kerja Siswa) dengan menggunakan metode FMEA sebagai dasar
untuk perbaikan kualitas di CV. Putra Nugraha Triyagan. FMEA (Failure Mode and Effect
Analysis) merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur atau menentukan
prioritas mode kegagalan berdasarkan level resiko pada suatu sistem, desain, proses, dan
pelayanan. Evaluasi level resiko dilakukan dengan menggunakan Risk Priority Number (RPN),
dimana indeks RPN ditentukan berdasarkan perkalian dari indeks severity, occurrence, dan
detection. Dengan asumsi bahwa tim penilai memiliki perselisihan pendapat pada skala
rangking dari ketiga indeks tersebut dan ketiga indeks tersebut memiliki tingkat kepentingan
yang sama, maka prioritas mode kegagalan ditentukan dengan menggunakan ANOVA.
ANOVA juga digunakan untuk membandingkan rata-rata dari indeks RPN, sehingga dapat
diketahui apakah ada dua atau lebih mode kegagalan dengan nilai RPN yang sama. Dari hasil
perhitungan ANOVA berdasarkan indeks severity, occurrence, dan detection untuk masingmasing
mode kegagalan yang dinilai oleh tim sebanyak lima orang, tidak ada dua atau lebih
mode kegagalan dengan rata-rata RPN yang sama dan cutting rubber sobek merupakan
kegagalan dengan rata-rata RPN tertinggi dari kesepuluh mode kegagalan yang diidentifikasi,
yaitu dengan nilai 245,4.