dc.identifier.citation | Bernardini, F. , Mittleman, J. ; Rushmeier, H. ; Silva, C. ; Taubin, Gabriel, The Ball-Pivoting Algorithm For Surface Reconstruction, Visualization and Computer Graphics, IEEE Transactions on (Volume:5, Issue: 4 ), 1999 Kasiyati, Wiwit; Brahmantara, Dampak Pemanasan Global Terhadap Keterawatan Candi Borobudur, Jurnal Balai Konservasi Peninggalan Borobudur, 2010 Lowe, David G, Object Recognition From Local Scale-Invariant Features, Proceedings of the International Conference on Computer Vision 2, 1999 Prasetya, Dedi Ary, Desain Model 3D Dan Aplikasi Jelajah Candi Borobudur, Simposium RAPI UMS, 2011 | en_US |
dc.description.abstract | Rekonstruksi tiga dimensi (3D) menggunakan satu gambar mempunyai keuntungan dimana gambar, dalam hal ini foto relief, lebih mudah didapatkan melalui berbagai sumber semisal dari website internet dan murah dibandingkan penggunaan 3D scanner. Obyek yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah gambar relief batu yang biasanya ada di atas dinding-dinding candi peninggalan masa kerajaan Hindu-Budha di Indonesia.
Metode rekonstruksi 3D obyek relief candi ini menggunakan asumsi sederhana, yaitu berdasarkan gelap terang dari gambar. Pertama kali adalah proses memperoleh point cloud dari dengan cara: gambar dibuat menjadi grayscale lalu dikelompokkan berdasarkan tingkat keabuannya untuk kemudian diambil fiturnya menggunakan algoritma SIFT. Fitur yang dihasilkan lalu disusun secara bertingkat. Fitur paling gelap pada layer terbawah kemudian diberikan jarak tertentu untuk menempatkan tiap layer di atasnya . Point cloud ini lalu direkonstruksi menjadi sebuah obyek 3D dengan menghubungkan tiap titik yang ada menggunakan algoritma Ball-Pivoting untuk membentuk mesh 3D.
Hasil rekonstruksi masih menunjukkan kekurangan, yaitu tidak semua permukaan dapat direkonstruksi sehingga muncul lubang-lubang, dan kedalaman relief masih kurang sesuai dengan relief aslinya. Saat diberikan tekstur memang nampak relief yang timbul namun bila diamati lebih detail beberapa bagian tidak sesuai dengan kedalaman yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan karena fitur yang dimunculkan memang tidak bisa lengkap, tingkat kedalaman yang kurang sesuai, dan algoritma pembentukan mesh hanya bisa menjangkau titik-titik terdekat saja. | en_US |