dc.identifier.citation | Agustine A. Z., Rulitasari, (2008), “Pembuatan Pektin dari Dami Nangka”, Laporan Tugas Akhir Program Studi D3, Jurusan Teknik Kimia UNS, hal. 8-10 Barry., S., (2011), "Pengolahan Limbah Kulit Pisang Menjadi Pektin dengan Metode Ekstraksi" Jurnal Penelitian Universitas Diponegoro Rukmana, Rahmat., (1996), " Nanas Budidaya dan Pasca Panen", Kanisius, Yogyakarta S. P. Dwi Puspitasari, Datti Natalia, Endahwati Luluk., (2008), “Ekstraksi Pektin dari Ampas Nanas”, Makalah Seminar Nasional Soebardjo Brotohardjono, C4-2 Walter, R.H., (1991), “The Chemistry and Tecnology of Pektin”, Department Food Science Cornell University Ganeva, New York Wijana., dkk, (1991), “Optimalisasi Penambahan Tepung Kulit Nanas dan Proses Fermentasi pada Pakan Ternak Terhadap Peningkatan Nutrisi, ARMP (Deptan) Universitas Brawijaya Malang, Malang Winarno, F. G., (1984), “Kimia Pangan dan Gizi”, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta www.iptek.net.id www.bps.go.id www.holtikultura.deptan.go.id | en_US |
dc.description.abstract | Buah nanas banyak disukai untuk dikonsumsi langsung atau diolah menjadi produk konsumsi lain seperti keripik
nanas, selai nanas, dan lain sebagainya. Namun pemanfaatan buah nanas tidak diimbangi dengan pengolahan
limbah dari kulit buah nanas yang sangat banyak jumlahnya.Limbah kulit buah nanas dapat dimanfaatkan sebagai
sumber penghasil pektin untuk memenuhi kebutuhan pektin dalam negeri. Pektin adalah bahan pengental alami
yang terdapat pada tumbuhan. Penggunaan pektin dalam industri diantaranya sebagai bahan pengental dan bahan
tambahan dalam pembuatan jeli, selai, kembang gula dan industri minuman seperti produk susu serta pengalengan
buah-buahan. Selain digunakan di industri pangan pektin juga digunakan dalam industri non pangan, diantaranya
dalam bidang farmasi dan kosmetik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu dan waktu
terhadap hasil ekstraksi pektin dari kulit buah nanas. Pengambilan pektin yang terkandung dalam kulit buah nanas
dapat dilakukan dengan metode ekstraksi menggunakan pelarut asam klorida (HCl) 0,1 N. Proses penelitian ini
menggunakan dua variabel berubah, yaitu suhu (65
o
C, 75
o
C, 85
o
C, 95
o
C) dan waktu ekstraksi (30 menit, 60
menit, 90 menit, 120 menit, dan 150 menit). Setelah proses ekstraksi dilakukan pengambilan filtrat dalam keadaan
panas menggunakan kertas saring untuk memisahkan ampas dan filtratnya. Pektin ini disebut pektin asam.
Penambahan etanol 96% pada filtrat pada filtrat bertujuan untuk mengendapkan pektin. Endapan pektin dipisahkan
menggunakan kertas saring kemudian melakukan pemurnian pektin. Pektin ini disebut pektin basah. Pengeringan
dilakukan menggunakan oven pada suhu 80
o
C selama 5 jam menggunakan oven. Pektin ini disebut pektin kering.
Hasil pektin kering ditimbang dan dicatat beratnya. Hasil ekstraksi menunjukkan jumlah pektin terbanyak
dihasilkan pada ekstraksi selama 120 menit dengan suhu ekstraksi 95
o
C yaitu 1,59 gram. Analisa hasil pektin
dilakukan dalam 3 tahap, yaitu analisa gel, analisa kadar metoksil, dan berat ekivalen. Dari analisa didapatkan
bahwa pektin hasil ekstraksi termasuk dalam pektin rapid set karena suhu pembentukan gel sekitar 88
C.Pektin
yang dihasilkan termasuk dalam high metoxil pektin dengan kadar metoksil sebesar 26,97%. Kadar metoksil yang
tinggi pada kulit buah nanas menunjukkan bahwa jumlah gugus karboksil yang akan termetilasi maka pektin akan
lebih cepat dalam membentuk jeli, sehingga kualitas pektin kulit buah nanas semakin baik. | en_US |