dc.contributor.author | Nurchasanah, Yenny | |
dc.date.accessioned | 2014-02-19T03:40:59Z | |
dc.date.available | 2014-02-19T03:40:59Z | |
dc.date.issued | 2010-07 | |
dc.identifier.citation | Anonim, 1990, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, SKSNI T15-1990-03, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. Tjokrodimuljo, K., 1996, Teknologi Beton, Penerbit dan Percetakan Nafiri, Yogyakarta. Sugiharto, H. dan Tjong, W.H., 2004, Rancang Bangun Alat Uji Permeabilitas Beton, jurnal Dimensi Teknik Sipil, jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra, Surabaya. Salain, I, Made, K, 2007, Perbandingan Kuat Tekan dan Permeabilitas Beton Yang Menggunakan Semen Portland Pozzolan Dengan Yang Mengunakan Semen Portland Type I , Seminar dan Pameran HAKI ’Kontruksi Tahan Gempa”, Jakarta. Munir, M, 2001, Ekivalensi Kuat Tekan Beton Antara Pemakaian Agregat Batu Pecah Dan Klelet , Tugas Akhir Strata-1, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. | en_US |
dc.identifier.uri | http://hdl.handle.net/11617/4306 | |
dc.description.abstract | Limbah padat industri cor logam atau biasa disebut Klelet menyerupai agregat
padat yang berwarna hitam pekat, bentuk menyudut, dan dari segi porositas memiliki
porositas 0%, karena memang tidak tembus air seperti kristal kaca. Dilihat dari
porositasnya yang hamper 0% (tidak dapat meloloskan air), maka memungkinkan untuk
memanfaatkan limbah tersebut dalam pembuatan beton kedap air. Perencanaan
campuran dilakukan dengan 2 macam fas (faktor air semen), yaitu 0,40 dan 0,50 pada
setiap variasi baik untuk pengujian permeabilitas maupun untuk pengujian kuat tekan.
Fas 0,4, beton dengan agregat kasar klelet cenderung lebih permiabel dengan penurunan
37,86% (agregat 20mm) dan 13,57% (agregat 10mm) terhadap beton normal. Fas 0,5,
beton dengan agregat kasar klelet juga cenderung lebih permiabel dengan penurunan
12,26% (agregat 20mm) dan 9,03% (agregat 10mm) terhadap beton normal. Sedangkan
pada beton dengan agregat keseluruhan (baik kasar maupun halus) digantikan dengan
klelet, fas 0,4 cederung lebih impermeabel dibandingkan dengan beton normal yaitu 35%
(agregat 10mm) dan 24,29% (agregat 20mm). Fas 0,5 juga cederung lebih impermeabel
dibandingkan dengan beton normal yaitu 43,57% (agregat 10mm) dan 20% (agregat
20mm). Seiring dengan nilai permeabilitas, pada fas 0,4 , beton dengan agregat klelet
memiliki koefisien permeabilitas terbaik yaitu 4.80E-06 cm/dtk. Begitu pula pada fas 0,5 ,
beton dengan agregat klelet memiliki koefisien permeabilitas terbaik yaitu 7.50E-06
cm/dtk. Fas yang memberikan sifat impermeabel yang optimum terdapat pada beton
dengan pemakaian limbah padat klelet sebagai pengganti pada keseluruhan agregatnya
baik agregat kasar maupun agregat halus, yaitu fas 0,4, karena agregat klelet
mempunyai pori-pori yang cukup sedikit dan berwujud seperti kaca sehingga air yang
masuk lebih sedikit dibandingkan dengan agregat kerikil yang pori-porinya terlalu dalam
dan mudah dimasuki air sehingga mempengaruhi nilai rembesan yang terjadi. | en_US |
dc.publisher | Universitas Muhammadiyah Surakarta | en_US |
dc.subject | beton kedap air | en_US |
dc.subject | fas | en_US |
dc.subject | koefisian permeabilitas | en_US |
dc.title | Koefisien Permeabilitas pada Rekayasa Beton Kedap Air dengan Bahan Baku Limbah Padat Industri Cor Logam di Kabupaten Klaten - Jawa Tengah | en_US |
dc.type | Article | en_US |