Studi Deskriptif Mengenai Adversity Quotient pada Guru Sekolah Dasar di SLB-D X Bandung
View/ Open
Date
2014-05-24Author
Wangi, Eneng Nurlaili
Ningsih, Prayudha Setya
Metadata
Show full item recordAbstract
Pendidikan berhak diikuti setiap orang, termasuk anak yang memiliki kebutuhan khusus. Salah satu sekolah bagi anak berkebutuhan khusus terutama berkaitan dengan kecacatan fungsi anggota tubuh adalah SLB-D X Bandung. Sekolah ini tidak hanya menerima siswa tunadaksa,melainkan juga siswa autis dan mental retardation. Mengajar siswa dengan kelainan yang berbeda dalam satu kelas dapat membuat guru kesulitan dalam membagi perhatian, terutama ketika siswa merengek karena bosan atau menginginkan sesuatu. Kondisi siswa yang mengalami kelainan dan harus selalu didampingi membuat guru merasa kelelahan, sehingga menjadi mudah tersinggung. Sebagian guru juga merasa bahwa sedikitnya kemajuan perkembangan siswa adalah karena kurang optimal dalam mengajar. Menurut Paul G. Stoltz, Adversity Quotient merupakan kecerdasan seseorang dalam menghadapi kesulitan atau hambatan dan kemampuan bertahan di berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran secara rinci mengenai adversity quotient pada guru sekolah dasar di SLB-D X Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan subjek berjumlah 7 (tujuh) orang guru. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang diadaptasi dari AdversityRespons Profil (ARP) yang disusun oleh Paul G. Stoltz. Berdasarkan hasil pengolahan data, diketahui bahwa mayoritas guru sekolah dasar di SLB-D XBandung memiliki adversity quotient dengan kategori sedang sebanyak 4 orang atau 57 %, sedangkan guru yang memiliki adversity quotient dengankategori tinggi sebanyak 3 orang atau 43 %.