Resiliensi Penderita HIV Positif Ditinjau Dari Relasi Dalam Keluarga
Date
2015-06-13Author
Kusumah, Nicke Purnama Kartawiharja
Priyanggasari, Al Thuba Septa
Metadata
Show full item recordAbstract
Penyebaran infeksi HIV telah menjadi perhatian masyarakat secara global. Indonesia, sebagai negara berpopulasi terbesar keempat di dunia, menunjukkan terjadinya percepatan epidemik tersebut. Telah tercatat 92.251 kasus infeksi HIV sejak 2005 hingga 2012 di Indonesia, dan jumlah ini terus meningkat seiring dengan waktu. Para peneliti juga telah memperkirakan bahwa jumlah penderita infeksi HIV di dunia akan semakin meningkat dari tahun ke tahun pada segala lini usia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi penyebaran infeksi HIV. Di Amerika dan Afrika melakukan usaha prevensi melalui sosialisasi dan edukasi berupa kelas-kelas kesehatan reproduksi, perilaku seks aman, meningkatkan komunikasi dengan orang tua mengenai isu-isu seksual serta bersikap lebih positif terhadap penderita HIV/AIDS. Usaha yang bersifat kuratif saat ini dilakukan dengan farmakoterapi. Penggunaan obat-obatan yang dapat menekan pertumbuhan virus HIV telah menjadi cara yang dominan ditempuh oleh penderita HIV positif. Namun demikian, angka mortalitas tetap meningkat setiap tahunnya. Resiliensi para penderita dan keluarga penderita tidak serta merta meningkat melalui farmakoterapi. Pada dasarnya usaha kuratif melalui famakoterapi saja tidak cukup, mengingat kondisi penderita HIV positf yang sangat kompleks, yaitu kombinasi antara rasa nyeri dalam tubuhnya dan tekanan secara mental akibat penyakit yang dideritanya. Mengingat kondisi medis ini masih menjadi hal yang dianggap aib oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan kajian literatur dewasa ini, telah ditemukan bahwa salah satu faktor yang mampu meningkatkan resiliensi individu adalah hubungannya dengan keluarga. Melalui pembinaan hubungan yang baik dengan keluarga, resiliensi dapat meningkat pada subjek-subjek dengan masalah psikologis seperti trauma, masalah akademis dan pendidikan serta masalah dalam penyesuaian sosial. Hubungan ini pula yang terjadi apabila relasi dalam keluarga dibangun dengan baik pada penderita HIV positif.