dc.identifier.citation | Abdullah, Irwan. 1998. “Kebudayaan Area Budaya dan Perubahan Pemaknaan”. Makalah yang disajikan pada Internship Dosen-Dosen Ilmu Budaya Dasar se-Indonesia yang diselenggarakan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia bekerjasama dengan Mata Kuliah Umum Universitas Gadja Mada Yogyakarta, tanggal, 18-27 Agustus 1998. Culler, Jonathan. 1996. Saussure (Terjemahan Rochayah; Siti Suhayati). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Damono, Sapardi Djoko. 1984. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dayakisni, Tri; Salis Yuniardi. 2003. Psikologi Lintas Budaya. Malang: UMM Press. Derrida, Jaques. 2002. Dekontruksi Spiritual: Merayakan Ragam Wajah Spiritual. Jakarta: Jalasutra. Eco, Umberto. 2009. Teori Semiotika Signifi kasi Komunikasi, Teori Kode, Serta Teori Produksi Tanda. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra Epistemologis, Model Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. Foley, William A. 1997. Anthropological Linguistics: As Introduction. Oxford: Blackwell Publisher. Geertz, Clifford. 1992. Tafsir Kebudayaan (Terjemahan Budi Susanto). Yogyakarta: Kanisius. Halim, Amran (ed). 1980. Politik Bahasa Nasional I,II. Jakarta: Balai Pustaka. Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogjakarta: Pustaka Pelajar. Riffaterre, Michael.1978. Semiotics of Poetry. Blommington & London: Indiana University Press. Chamamah-Soeratno, Siti. 1998. ”Bahasa sebagai Manifestasi Budaya”. Makalah yang disajikan pada Internship Dosen-Dosen Ilmu Budaya Dasar se-Indonesia yang diselenggarakan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia bekerjasama dengan Mata Kuliah Umum Universitas Gadja Mada Yogyakarta . tanggal, 18-27 agustus 1998. Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Pelajar. Thomas, Linda dan Shan Wareing. 2006. Bahasa, Masyarakat dan Kekuasaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tohari, Ahmad. 2009. Ronggeng Dukuh Paruk. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. | in_ID |
dc.description.abstract | Penelitian ini bertujuan (1) memberikan penjelasan tentang hegemoni
kekuasaan yang diungkapkan pengarang dalam teks sastra melalui sistem
penanda; (2) memberikan penjelasan tentang hegemoni kekuasaan yang
ditunjukkan dalam teks sastra sebagai representasi kondisi kemanusiaan.; (3)menemukan konsep dasar yang dapat memberikan penjelasan tentang bahasa,
sistem kekuasaan dan kebudayaan dalam perspektif antropologi linguistik.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualityatif deskriptif sebagai upaya untuk menjelaskan bahwa utilitas bahasa dalam perspektif
antropologi linguistik mampu menformulasi dan merekonstruksi hegemoni
kekuasaan yang terdapat dalam trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk, karya
Ahmad Tohari. Data penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.
Data primer berupa teks sastra (novel), sedangkan data sekunder meliputi: (1)berbagai referensi atau jurnal yang relevan dengan permasalahan penelitian;
(2) berbagai informasi penting yang diperoleh dari pengarang, budayawan, dan
pembaca yang dirujuk dari internet. Pengumpulan dapat dilakukan dengan teknik
studi kepustakaan disertai pemahaman arti secara mendalam. Teknik analisis
data untuk pemaknaan diperlukan pembacaan secara semiotik yaitu pembacaan
heuristik dan pembacaan hermeneutik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)hegemoni kekuasaan yang diungkapkan pengarang melalui sistem penanda dapat
diperhatikan dalam penggunaan tanda/simbol yang mengarah pada pemaknaan
kekuasaan pada kategori linguistik yang dikaitkan dengan budaya masyarakat
dalam teks; (2) hegemoni kekuasaan yang ditunjukkan dalam teks sebagai
representasi kemanusiaan diungkapkan bahwa untuk kepentingan-kepentingan
tertentu terkadang bahasa merupakan salah satu alat jitu yang digunakan untuk
memberikan suatu pembenaran terhadap perilaku manusia; (3) bahasa yang
digunakan dalam teks tidak dapat dilepaskan dengan kebudayaan masyarakat
dalam memberikan pemaknaan tentang kekuasaan. Representasi kekuasaan
tergambar secara jelas dalam membicarakan dan menafsirkan penggunaan
penanda bahasa yang mengacu pada realitas sosial. | in_ID |