dc.contributor.author | Munarto, Ri | |
dc.contributor.author | Permata, Endi | |
dc.contributor.author | Ginanjar A.T, Indra | |
dc.date.accessioned | 2017-01-05T02:09:46Z | |
dc.date.available | 2017-01-05T02:09:46Z | |
dc.date.issued | 2016-12-07 | |
dc.identifier.citation | Ahmed Almazron, Ritambhar Burman, Kaamran Raahemifar, Vasudevan Lakshinarayanan. 2015. Optic Disc and Optic Cup Segmentation Methodologies for Glaucoma Image Detection: A Survey: Journal of Opthalmology. Apeksha Padaria, Bhailal Limbasiya. 2015. Detection of Glaucoma Using Retinal Fundus Images with Gabor Filter. Department of Computer Science & Engineering, Parul Institute of Technology: International Journal of Advance Engineering and Research Development. Chalinee Burana-Anusorn, Kanokvate Tungpimolrut, Toshiaki Kondo,Waree Kongprawechnon, dan Sunisa Sintuwong. 2013. Image Processing Techniques for GlaucomaDetection Using the Cup-to-Disc Ratio. Thammasat: International Journal of Science and Technology Chandrashekar Chaithra, J.Chandrika, B.Ramesh. Comparative Study on the Detection and Classification of Glaucoma Images: International Journal of Engineering, Economics and Management Cut Maisyarah Karyanti, Sigit Widiyanto, Aries Muslim, Ruddy J. Suhatril. Analisis dan Pengolahan Citra Medis. Jakarta: Universitas Gunadarma. Gonzales Rafael C, Richard E Woods. Digital Image Processing Third Edition. United States of America: Prentice Hall Pearson Education International. Hafsah Ahmad, Aqsa Shakeel, Syed Omer Gillani, Umer Ansari, AbubakarYamin. 2014. Detection of Glaucoma Using Retinal Fundus Images Images. Islamabad Pakistan: IEEE. Image Processing Toolbox User’s Guide Matlab R2014b. Iwan Manalu, Anggoro Suryo Pramudyo dan Siswo Wardoyo. 2015. Klasifikasi Retinopati Diabetik Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation. Cilegon: Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Kusumadewi, Sri. 2003. Artificial Intelligent (Teknik dan Aplikasinya). Yogyakarta: Penerbit GRAHA ILMU. Munir, Rinaldi. 2004. Pengolahan Citra Digital dengan Algoritmik. Bandung: Penerbit Informatika. National Eye Institute (NEI). Tersedia dari: https://www.nei.nih.gov. [Di akses 9 Januari 2016 pukul 20.00] Preeti, Jyotika Pruthi. 2013. Review of Image Processing Technique for Glaucoma Detection. India: International Journal of Computer Science and Mobile Computing. PSJ Kumar, Sukanya Banerjee. 2014. A Survey on Image Procesing Technique for Glaucoma Detection: International Journal of Advance Research in Computer Engineering & Technology (IJARCET). Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Situasi dan Analisis Glaukoma. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Samanta Sourav, Sk. Saddam Ahmed, Mohammed Abdel-Megeed M. Salem, Siddharta Sankar Nath, Nilanjan Dey, Sheli Sinha Chowdhury. 2014. Haralick Feature Based Automated Glaucoma Classification Using Backpropagation Neural Network. Switzerland: FICTA. Septiarini Anindita, Agus Harjoko. 2015. Automatic Glaucoma Detection Based On the Type of Features Used: A Review: Journal of Theoretical and Applied Information Technology. Syed Akhter Hussain, Holambe A.N. 2015. Automated Detection and Classification of Glaucoma from Eye Fundus Image: A Survey. India: International Journal of Computer Science and Information Technology. WHO. 2006-2011. Vision 2020 The Right to Sight. France. IAPB. Widya Arfini, Dani. 2011. Glaucoma Caused Blindness with Its Characteristic in Cipto Mangunkusomo Hospital. Jakarta: Jurnal Oftalmologi Indonesia | in_ID |
dc.identifier.issn | 1412-9612 | |
dc.identifier.uri | http://hdl.handle.net/11617/8093 | |
dc.description.abstract | Glaucoma adalah penyebab utama kebutaan dunia, terhitung 12,3% kebutaan permanen menurut
Organisasi Kesehatan Dunia. Penyakit ini khususnya prevalent di Asia, sampai lebih dari 50% kasus
glaucoma total ditemukan di daerah ini. Sekalipun kerusakan glaucoma tidak bisa balik, penelitian
menunjukkan deteksi awal dapat efektif memperlambat atau menghentikan atropy glaucoma. Rasio
ukuran optic cup terhadap optic disc (CDR), dikenal sebagai indkator penting assessmen glaucoma,
apabila perkembangan glaucoma berkaitan dengan excavation berkembang dari optic cup. CDR yang
diukur secara manual dapat menjadi subyektif, membatasi penggunaan screening terhadap deteksi
awal. Sistem deteksi otomatis dengan menghitung CDR memberikan pengukuran yang cepat, obyektif
dan konsisten. Sistem terdiri dari sederetan tahapan. Pertama, optic yang merupakan region of
interest, diextraksi dengan analisis intensitas pixel. Deteksi tepi Canny silanjutnya digunakan untuk
segmentasi optic disc. Segmentasi optic lebih menantang disebabkan karena keberadaan pembuluh
darah dan tissue di sekeliling retina. Extraksi fitur dengan parameter geometrik kepala syaraf optik,
seperti luasan disc, cup dan rambut syaraf (rim), diameter disc dan cup to disc ratio diextrak dari
citra fundus digital, digunakan untuk mendiagnosa dan mengukur perkembangan glaucoma.
Parameter geometrik mengukur perubahan struktur kepala syaraf optik seperti diameter optic disc,
luasan optic disc, diameter cup, luasan rambut syaraf, dan rata-rata kedalaman cup. Klasifikasi
menjadi mild glaucoma, moderate glaucoma dan severe glaucoma menggunakan neural network
algoritma backpropagation.
Dari simulasi menggunakan MATLAB R2014, hasil pelatihan didapat arsitektur Neural Network
terbaik memiliki arsitektur sebagai berikut: jumlah neuron lapisan input adalah1, jumlah neuron
hidden layer 1 adalah 30, jumlah neuron hidden layer 2 adalah 20, jumlah neuron lapisan output
adalah 3, toleransi error adalah 10
-5
, eppoch maksimum 20000, nilai learning-rate dan momentum
adalah 0,5 dan 0,7.
Dari pengujian yang dilakukan, klasifikasi mild glaucoma didapatkan akurasi 99%, sensitivitas 99%,
spesifitas 97%, moderate glaucoma didapat akurasi 85%, sensitivitas85%, spesifitas 99%, dan severe
glaucoma didapat akurasi akurasi 99%, sensitifitas 99%, spesifitas 98%. Dari hasil GUI yang telah
divalidasi oleh dokter di d Rumah Sakit Mata Nasional Cicendo Bandung dan Eye Centre Kedoya
Jakarta, didapat kesimpulan bahwa sistem dapat membantu dokter dalam menentukan tingkatan
glaucoma pasien. | in_ID |
dc.language.iso | id | in_ID |
dc.publisher | Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta | in_ID |
dc.subject | Cup-to-disc ratio | in_ID |
dc.subject | Citra fundus | in_ID |
dc.subject | Glaucoma | in_ID |
dc.subject | Neural Network | in_ID |
dc.title | Klasifikasi Glaucoma Menggunakan Cup-To-Disc Ratio dan Neural Network | in_ID |
dc.type | Article | in_ID |