Show simple item record

dc.contributor.authorHartanto, Tri
dc.contributor.authorDharoko, Tony Atyanto
dc.contributor.authorSubroto, Yoyok Wahyu
dc.date.accessioned2017-01-12T02:02:16Z
dc.date.available2017-01-12T02:02:16Z
dc.date.issued2016-12-07
dc.identifier.citationBudihardjo, Eko. (1997). “Jati Diri Arsitektur Indonesia”. Alumni, Bandung Doxiadis, CA, (1974). Action for A Better Scientific Aproach to the Subject of Human Settlements : The Anthropocosmos Model, Ekistics, 229, 405-412. Farkhan, Ahmad. (2002). “Perubahan Bentuk Dan Struktur Lingkungan Permukiman Di Baluwarti Surakarta”. Anthropocosmos Model, Ekistics, 229, 405-412. Farkhan, Ahmad. (2002). “Perubahan Bentuk Dan Struktur Lingkungan Permukiman Di Baluwarti Surakarta”. Anthropocosmos Model, Ekistics, 229, 405-412. Farkhan, Ahmad. (2002). “Perubahan Bentuk Dan Struktur Lingkungan Permukiman Di Baluwarti Surakarta”. Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro,Semarang Koentjaraningrat, (2009). “Pengantar Ilmu Antropologi”, Rineka Cipta, Surabaya. Muhajir, Noeng, 2000, Metodologi Keilmuan, Rake Sarasin, Yogyakarta. Radèn Ngabèi Yasadipura I. (1937). “Babad Giyanti”. Jilid 1, Serie No. 1259 Bale Pustaka - Batawi Sèntrêm. Sasongko, Ibnu. (2005). “Pembentukan Struktur Ruang Permukiman Berbasis Budaya, (Studi Kasus: Desa Puyung - Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro,Semarang Koentjaraningrat, (2009). “Pengantar Ilmu Antropologi”, Rineka Cipta, Surabaya. Muhajir, Noeng, 2000, Metodologi Keilmuan, Rake Sarasin, Yogyakarta. Radèn Ngabèi Yasadipura I. (1937). “Babad Giyanti”. Jilid 1, Serie No. 1259 Bale Pustaka - Batawi Sèntrêm. Sasongko, Ibnu. (2005). “Pembentukan Struktur Ruang Permukiman Berbasis Budaya, (Studi Kasus: Desa Puyung - Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro,Semarang Koentjaraningrat, (2009). “Pengantar Ilmu Antropologi”, Rineka Cipta, Surabaya. Muhajir, Noeng, 2000, Metodologi Keilmuan, Rake Sarasin, Yogyakarta. Radèn Ngabèi Yasadipura I. (1937). “Babad Giyanti”. Jilid 1, Serie No. 1259 Bale Pustaka - Batawi Sèntrêm. Sasongko, Ibnu. (2005). “Pembentukan Struktur Ruang Permukiman Berbasis Budaya, (Studi Kasus: Desa Puyung - Lombok Tengah)”. Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 33, No. 1. Institut Teknologi Nasional, Malang. Sri-Hardiyanti, Nurul. (2005). “Studi Perkembangan Dan Pelestarian Kawasan Keraton Kasunanan Surakarta”. Dimensi Lombok Tengah)”. Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 33, No. 1. Institut Teknologi Nasional, Malang. Sri-Hardiyanti, Nurul. (2005). “Studi Perkembangan Dan Pelestarian Kawasan Keraton Kasunanan Surakarta”. Dimensi Lombok Tengah)”. Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 33, No. 1. Institut Teknologi Nasional, Malang. Sri-Hardiyanti, Nurul. (2005). “Studi Perkembangan Dan Pelestarian Kawasan Keraton Kasunanan Surakarta”. Dimensi Teknik Arsitektur, Vol. 33, No. 1, Desember 2005: 112 – 124 Soeratman, Darsiti, (1989). Kehidupan Dunia Keraton Surakarta 1830-1939, Taman Siswa,Yogyakarta Teknik Arsitektur, Vol. 33, No. 1, Desember 2005: 112 – 124 Soeratman, Darsiti, (1989). Kehidupan Dunia Keraton Surakarta 1830-1939, Taman Siswa,Yogyakarta Teknik Arsitektur, Vol. 33, No. 1, Desember 2005: 112 – 124 Soeratman, Darsiti, (1989). Kehidupan Dunia Keraton Surakarta 1830-1939, Taman Siswa,Yogyakartain_ID
dc.identifier.issn1412-9612
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/8132
dc.description.abstractPenelitian ini bertujuan menggali ‘konsep’ struktur ruang permukiman Baluwarti, yang berada di dalam kawasan keraton Kasunanan Surakarta berdasarkan elemen-elemen tradisi dan budaya keraton. Peneliti mengkaji sejarah untuk mengungkapkan seperti apakah ‘konsep’ struktur ruang permukiman Baluwarti yang dibangun pada masa pemerintahan Paku Buwana III (1749-1788M). Permukiman Baluwarti dibangun setelah bangunan inti keraton (nDalem Ageng) yang dibangun pada masa Paku Buwana II selesai. Permukiman ini dibangun dengan mengacu pada paugeran keraton, yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi dan budaya Jawa. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa struktur ruang permukiman tradisional senantiasa menjaga keselarasan dengan alam. Dimana masyarakat pada masa itu tidak hanya memperhatikan elemen fisik saja, namun juga elemen non fisik didalam pembangunan permukimannya. Lebih-lebih keraton dikenal sangat ketat dan konsisten menjalankan falsafah-falsafah Jawa yang diturunkan oleh para leluhurnya. Elemen-elemen non fisik yang berupa nilai-nilai tradisi dan budaya keraton terimplementasi didalam elemen fisik permukiman Baluwarti. Struktur ruang permukiman Baluwarti pun disusun dengan nilai-nilai tradisi dan budaya keraton, dimana tata letak dan bentuk bangunan diatur sedemikian rupa, sehingga keselarasan hubungan antara Raja dengan kawula tetap terjaga sesuai falsafah ‘manunggaling kawula gusti’.in_ID
dc.language.isoidin_ID
dc.publisherFakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakartain_ID
dc.subjectBaluwartiin_ID
dc.subjectkonsepin_ID
dc.subjectpermukimanin_ID
dc.subjectruangin_ID
dc.subjectstrukturin_ID
dc.subjectSurakartain_ID
dc.titleNilai-Nilai Tradisi dan Budaya Keraton Sebagai Elemen Pembentuk Struktur Ruang Permukiman Baluwarti Surakarta yang Dibangun Pada Masa Paku Buwana III (1749-1788M)in_ID
dc.typeArticlein_ID


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record