Sustainable vs Disaster: Eksplorasi Kasus Perkembangan Kota Solo
Abstract
Isu kota yang berkelanjutan (sustainable city) telah menjadi agenda pada seluruh kota di Indonesia saat
ini (Agenda 21), namun dalam kenyataannya kondisi yang terjadi justru didominasi oleh berbagai
bencana (disaster) di perkotaan. Studi ini akan memberikan gambaran bahwa agenda sustainable dan
fakta disaster adalah kondisi paradoks yang harus dialami oleh sebagian besar masyarakat kota di
Indonesia pada saat ini dan bahkan diduga akan tetap terjadi pada saat beberapa dasawarsa ke depan.
Paper ini akan mengupas tema sustainable dan fakta disaster melalui studi kasus perkembangan Kota
Solo. Metode penggalian perkembangan kota dan bencana kota dilakukan dengan studi kearsipan, yaitu:
(1) sumber-sumber dari dokumen tekstual; (2) sumber-sumber dari dokumen gambar; dan (3) sumbersumber
dari dokumen artefaknya. Konsep sustainable development selalu mengikutkan empat sifat
hirarkik dalam proses pelaksanaannya, yaitu: (1) aman; (2) nyaman; (3) produktif; dan (4) berkelanjutan.
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, konsep sustainable di perkotaan Indonesia masih terganjal
pada prasyarat yang mendasar, yaitu konsep aman-nyaman. Studi ini menghasilkan temuan bahwa
tipologi perkembangan Kota Solo (morfologi kota) selalu tersusun atas tiga proses hirarkik, yaitu: (1)
invasi; (2) ekspansi; dan (3) okupansi. Model tersebut telah ditemukan di berbagai tempat dan di
berbagai jaman, namun tentu dengan jenis atau corak yang berbeda. Model perkembangan ortodoks
tersebut terbukti telah dapat menghasilkan tiga jenis bencana kota, yaitu: (1) bencana lingkungan alam
kota (urban natural environment disaster); (2) bencana lingkungan sosial kota (urban social environment
disaster); dan (3) bencana lingkungan buatan kota (urban built environment disaster).