dc.identifier.citation | Bappeda Kepri, 2015. Jumlah Penduduk Propinsi Kepulauan Riau. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Propinsi Kepulauan Riau. www.bappeda.kepriprov.go.id BPS, 2007. Kepulauan Riau Dalam Angka, Tahun 2007. Badan Pusat Statistik Propvinsi Kepulauan Riau. Tahun 2017. BPKH, 2015. Peta Kawasan Hutan Pulau Bintan Tahun 2015. Balai Penataan Kawasan Hutan Propinsi Kepulauan Riau, Tanjungpinang. Fakhrudin, M., Iwan Ridwansyah, Fajar Setyawan dan Meti Yulianti, (2011). Evaluasi Pola Penggunaan Lahan untuk Konservasi Waduk Pulai Bintan Kepulauan Riau. Prosiding Seminar Nasional Hari Lingkungan Hidup 2011. Pusat Penelitian Limnologi LIPI, Bogor. Hartanto, 2014. Waspada, Kekeringan di Kepulauan Riau Belum Berakhir. Batampos terbitan 4 Maret 2014. Iqbal, M. dan Sumaryanto, 2007. Strategi Pengendalin Alih Fungsi Lahan Pertanian Bertumpu pada Partisipasi Masyarakat. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian Vol 5 No 2 Tahun 2007. Hal 167-182. Irfan BP dkk., 2015. Sistem Perencanaan dan Kelembagaan DAS Pulau Batam dan Karakteristik DAS Pulau Bintan. Balai Penelitian Teknologi Pengelolaan DAS Surakarta. Laporan Hasil Penelitian 2015 (Tidak di publikasikan). Jeujanan, Samuel., Prabang Setyono, Sri Budi Astuti, 2015. Kajian Perilaku Masyarakat dalam Pemanfaatan Sumberdaya Alam pada SubDAS Keerom Distrik Senggi Kabupaten Keerom Provinsi Papua. Jurnal Ekosains Vol 7 No 3 Tahun 2015. Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2015. Keppres No 41 Tahun 1973 tentang Daerah Industri Pulau Batam Medrial Zain, Alinda, dkk. 2006. Evaluasi Kemampuan Alami WilayahDalam Konservasi Air dan Pengendalian Banjir. Jurnal Teknologi Lingkungan Vol 7 No1 (2006). Pusat Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Peraturan Presiden No 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan dan Karimun. Rudyanto, 2016. Sumber Air Pulau Bintan Kian Menipis. Batam Pos.co.id, 4 Mei 2016. Rudyanto, 2016. Dampak Pemanasan Global, Cuaca Ekstrim mengakibatkan kekeringan, banjir, tanah longsor di Kepri (AntaraKepri.com terbitan 23 April 2016). Suryanto, 2015. Atasi Kekeringan, Pejabat Gubernur Kepri Akan Buat Hujan Buatan. Tribunnewsbatam.com. terbitan 9 September 2015. Thesiwati, AS., 2011. Analisis Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan di sepanjang DAS Batang Kuranji. Jurnal Pelangi Vol 3 No 2 Tahun 2011. STKIP PGRI, Sumbar. Trimeko, RW., 2014. Ketahanan Air Untuk Indonesia : Pandangan Akademisi. Seminar Water Security for Indonesia Examining the Water -Energy-Food Nexus. Indonesia Water Learning Week (IWLW). Universitas Katolik Parahiyangan, Bandung. | in_ID |
dc.description.abstract | Bintan adalah salah satu pulau dari gugusan pulau-pulau kecil (< 2000
km2) di Kepulauan Riau. Berdasarkan Keppres No 41 Tahun 1973 dan Peraturan
Presiden No 87 Tahun 2011 ditetapkan menjadi salah satu Kawasan Industry
Strategis Nasional. Sebagai daerah pengembangan industri maka ketersediaan air
dan kelestariannya menjadi sangat penting dimana saat ini menunjukkan
penurunan. Terkait kelestarikan dan ketersediaan air maka fungsi-fungsi daerah
aliran sungai (DAS) di pulau tersebut harus dikelola dengan baik dan lestari,
salah satunya dengan mengendalikan perilaku masyarakat dalam pemanfaatan
lahan. Kajian ini bertujuan untuk melihat perilaku masyarakat dalam
pemanfaatan lahan serta hal-hal yang menyebabkan terjadinya perilaku
tersebut. Penelitian dilakukan di tiga DAS, yaitu DAS Jago, DAS Pulai dan DAS
Jeram. Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi
lapangan dan divalidasi melalui diskusi kelompok terarah. Pemilihan responden
dilakukan secara purposive sesuai tujuan. Data dideskripsikan dan dianalisis
secara kualitatif serta didukung oleh foto-foto lapangan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ketersediaan air di Pulau Bintan mengalami penurunan
terutama pada bulan Agustus sampai dengan Oktober. Perilaku masyarakat
masih belum selaras dengan kaidah-kaidah yang ada, diantaranya perilaku
membakar hutan, menebang kayu hutan lindung, membiarkan lahan terlantar ,
bertani tanpa konservasi, ladang berpindah yang menyisakan semak belukar
masih dominan dijumpai. Belum terbangunnya persepsi positif bahwa perilaku
mereka akan berdampak pada kelestarian DAS, masih berbedanya pengertian
konsep daerah aliran sungai (DAS)bagi setiap lembaga, adanya keinginan
menguasai lahan hutan dan penegakan peraturan yang lemah serta disiplin
aparatur negara yang masih rendah menyebabkan perilaku tersebut muncul.
Oleh karena itu perlu dibangun kesadaran bahwa menjaga fungsi-fungsi DAS
penting untuk menjaga kelestarian air di masa depan. Selain itu konsep
pengelolaan DAS perlu disosialisasikan kembali ke masyarakat dan lembaga
terkait, tanpa pengertian dan persepsi yang sama maka perilaku terhadap
pengelolaan DAS sulit akan berubah dan kelestarian DAS sulit akan tercapai. | in_ID |