dc.identifier.citation | Budiharjo, 1984., Sejumlah Masalah Permukiman Kota, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Kodoatie, Robert J dan Sugiyanto. 2002. Banjir Beberapa penyebab dan metode pengendaliannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mononimbar, 2014., Penanganan Permukiman Rawan Banjir di Bantaran Sungai, Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado, Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.1, Maret 2014, Fakultas Teknik, Universitas Samratulangi Menado. utikno., 1995, Geomorfologi Dan Prospeknya Di Indonesia, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru besar Pada Fakultas geografi UGM, Yogyakarta 13 Maret 1995, Yogyakarta. Sriyono.,2002. Evaluasi Medan Untuk Permukiman Di Kecamatan Tugu dan Ngaliyan Kota Semarang Jawa Tengah, Tesis, Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Sutikno.,1997, Geomorfologi Bencana Di Indonesia, Makalah, Pelatihan Pelatih Pemetaan Daerah Rawan Bencana, Satkorlak PB Tingkat Nasional, 8 – 21 Desember 1997, Kerjasama Departemen Sosial-Bakornas PB dan Pusat Studi Bencana Alam Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tjahjono, 2015., Aplikasi Teknologi SIG Untuk Penentuan Lingkungan Permukiman Rawan Banjir di Kota Semarang, Laporan Penelitian, LP2M, Unnes, Semarang. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Van Zuidam., 1979, Terrain Clasification Using Aerial photograph: A Geomorphological Approach, International Institute For Aerospace Survey and Earth Sciences (ITC), Enschede. Worosuprojo, 2002, Studi Erosi Parit dan Longsoran dengan Pendekatan Geomorfologis di Daerah Aliran Sungai Oyo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. | in_ID |
dc.description.abstract | Penelitian dilakukan di Kota Semarang Jawa Tengah. Penelitian ini
bertujuan: (a) mengetahui variasi tingkat bahaya banjir, (b) mengetahui sebaran
lokasi permukiman penduduk yang rawan terkena banjir, (c) mengetahui usaha
yang dilakukan masyarakat dalam menanggulangi bencana banjir. Metode yang
digunakan adalah metode survei medan dengan teknik sampling secara area,
dengan sampel sejumlah 35 satuan medan. Satuan pemetaan yang digunakan
adalah satuan medan yang dibuat berdasarkan overlay antara peta bentuklahan,
kelas lereng, tanah, dan geologi. Parameter karakteristik fisik medan untuk
penentuan tingkat bahaya banjir ditentukan sebanyak 8 variabel, yaitu: bentukan
lahan asal, kemiringan lereng, tanah (tekstur tanah), kondisi hidrologi,
kedalaman muka air tanah, penggunaan lahan, curah hujan, dan buffer sungai.
Untuk mengetahui variasi tingkat bahaya banjir digunakan teknik pengharkatan
pada setiap variabel yang ada di setiap satuan medan. Berdasarkan hasil
pengharkatan kemudian dibuat peta tingkat bahaya banjir dengan program Arc
GIS Release 10.3. Untuk mengetahui sebaran permukiman yang rawan banjir di
Kota Semarang maka dilakukan analisis overlay antara peta tingkat bahaya banjir
dengan peta penggunaan lahan untuk permukiman. Sedangkan untuk
mengetahui upaya masyarakat dan pemerintah dalam menanggulangi banjir
dilakukan survei, dan wawancara pada masyarakat dan aparat pemerintah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: (a) Di daerah penelitian terdapat lima variasi
tingkat bahaya banjir yaitu tingkat bahaya banjir sangat tinggi, tinggi, sedang,
rendah, dan tidak bahaya banjir. Tingkat bahaya banjir sangat tinggi di Kota
Semarang menempati luasan wilayah 5709,04 Ha. (b) Sebaran lokasi
permukiman penduduk yang rawan terkena banjir di Kota Semarang menyebar di
16 kecamatan. Tingkat bahaya banjir pada lingkungan permukiman dengan
katagori “sangat tinggi” menempati luasan wilayah 2907,230664 Ha, yang
paling luas di Kecamatan Semarang Utara (1083,577307 Ha). lingkungan
permukiman dengan kriteria “bahaya tinggi” menempati luasan wilayah
5215,8532 Ha, yang paling luas terdapat di wilayah Kecamatan Genuk dengan
luasan 1555,2167 Ha. Untuk tingkat bahaya banjir pada lingkungan permukiman
dengan kriteria “sedang” di Kota Semarang mencapai luasan wilayah 1270,979
Ha yang tersebar pada 11 Kecamatan. Selanjutnya untuk tingkat bahaya banjir
pada lingkungan permukiman dengan kriteria “rendah” mencapai luasan wilayah | in_ID |