dc.identifier.citation | BBWS Serayu-Opak, 2013, Peta Daerah Rawan Gerakan Tanah DAS Serayu Opak, Laporan Teknis 2013, BBWS Serayu Opak, Dirjen SDA, Kementrian PU Badan Standarisasi Nasional (BSN), Tata Cara Pemetaan Daerah Rentan Gerakan Tanah, SNI 13-1724-2005 Badan Standarisasi Nasional (BSN), Tata Cara Perencanaan Penanggulangan Gerakan Tanah, SNI 03-1962-1990 Badan Standarisasi Nasional (BSN), Tata Cara Identifikasi Awal di Daerah Longsoran, Pt T-03-2002-B Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Perka BNPB No.2 Tahun 2012, Tentang Pedoman Umum Pengkajian Bnecana, BNPB, Jakarta Hardiyatmo C.H., 2006, Penanganan Tanah Longsor dan Erosi , Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Karnawati., D., 2005. Bencana Alam Gerakan Massa di Indonesia dan Upaya Penanggulangannya, Jurusan Teknik Geologi UGM, Yogyakarta Nugroho U.C. dkk, 2014, Pemetaan Indeks Resiko gerakan Tanah Menggunakan Citra DEM SRTM di Kecamatan Pejawaran, Banjarnegara, Seminar Nasional Penginderaan Jauh Perka BNPB No.2 Tahun 2012, Pedoman Umum Pengkajian Resiko Bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta PT Indonesia Power UBP Mrica, Pemeruman dan Analisis Waduk Mrica, Laporan Teknis tahun 2013 PVMBG 2009, Kajian Bahaya Gerakan Tanah dan Perencanaan, Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Bandung Soewarno, 2012, Hidrometri dan AplikasiTeknosabo Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air, Graha Ilmu, Yogyakarta Sutanto 1986, Penginderaan Jauh Jilid I, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Van Zuidam, R.A. 1979. Terrain Analysis and Clasification Using Aerial Photographs a Geomorphological Approach. ITC Textbook of Photo Intepretation VII-6 Enschede The Netherland. | in_ID |
dc.description.abstract | Geomorfologi wilayah DAS Serayu Hulu yang berupa pegunungan dengan kemiringan lereng yang terjal sangat berpotensi untuk terjadi gerakan tanah. Proses gerakan tanah menyebabkan kerusakan
infrastruktur jalan, jembatan, pemukiman, sumber daya alam dan
lingkungan, bahkan dapat merenggut jiwa manusia. Oleh sebab itu perlu
dilakukan penyusunan peta kerentanan gerakan tanah di DAS Serayu,
sehingga dapat diketahui tingkat kerentanan gerakan tanah. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menyusun peta kerentanan gerakan tanah di
DAS Serayu hulu untuk penanganan bencana gerakan tanah. Penyusunan
peta dilakukan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 13-7124-2005,
tentang tata cara penyusunan peta zona kerentanan gerakan tanah.
Penyusunan peta zona kerentanan gerakan tanah ini dilakukan dengan
menggunakan empat parameter yaitu peta geologi, peta kemiringan
lereng, peta tata guna lahan dan peta curah hujan. Dilakukan pembobotan
pada masing-masing peta parameter, selanjutnya hasil pembobotan
ditumpang susun. Nilai bobot yang diperoleh pada setiap peta parameter
gerakan tanah, dijumlahkan dan kemudian dikelompokan menjadi tiga
kelas, yaitu zona kerentanan gerakan tanah rendah, sedang dan tinggi.
Persentase daerah dengan kerentanan gerakan tanah rendah sebesar
41,3%, untuk daerah dengan zona kerentanan sedang sebesar 38%, dan
untuk zona dengan kerentanan tinggi sebesar 20,7%. Peta kerentanan
gerakan tanah ditampalkan dengan peta pemukiman, untuk mengetahui
zona pemukiman yang rawan gerakan tanah. Peta kerentanan gerakan
tanah tersebut akan menjadi dasar dalam penentuan wilayah prioritas
pengelolaan bencana gerakan tanah di DAS Serayu hulu. | in_ID |