Show simple item record

dc.contributor.authorHaryanti, Nana
dc.date.accessioned2017-04-21T06:28:32Z
dc.date.available2017-04-21T06:28:32Z
dc.date.issued2016-06-04
dc.identifier.citationBPS 2014, Kecamatan Sempor dalam Angka 2015. Badab Pusat Statistik Kabupaten Kebumen. Chizari, M, Baygi, AHA, & Breazeale, D 2006, Analysis of the training needs of multi-functional extension agents associated with sustainability, Journal of International Agricultural and Extension Education, vol. 13, no. 1, pp. 5158. Eraydin, A & Tasan-Kok, T (Eds.) 2013, Resilience thinking in urban planning, Heidelberg, Germany: Springer. Johnson, JE 2007, An international perspective on successful strategies in forestry extension: A focus on extensionists, Journal of Extension, vol. 45, no. 2, pp. 1-9. Josiah, JH 2001, Approaches to expand NGO natural resource conservation program outreach. Society and Natural Resources, vol. 14, pp. 609-618. Ma, Z, Kittredge, DB, Catanzaro, P, 2012, Challenging the traditional forestry extension model: insights from the woods forum program in Massachusetts, Small-scale Forestry, vo. 11, Issue 1, pp. 87-100 Salmon, O, Brunson, M, & Kuhns, M 2006, Benefit-Based Audience Segmentation: A Tool for Identifying Nonindustrial Private Forest (NIPF)Owner Education Needs, Journal of Forestry, vol. 104, no. 8, pp. 419425(7). Wals, A, & Bawden, R 2000, Integrating sustainability into agricultural education: Dealing with complexity, uncertainty and diverging worldviews. SOCRATES Thematic Network for Agriculture, Forestry, Aquaculture and the Environment (AFANET), University of Aberdeen, Scotland.in_ID
dc.identifier.isbn978-602-361-044-0
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/8548
dc.description.abstractMasyarakat hutan pinus Desa Somagede di BKPH Karanganyar, Kabupaten Kebumen adalah masyarakat yang mayoritas bekerja sebagai penyadap pinus. Selain menyadap, beberapa diantara mereka juga mengembangkan tanaman pertanian dibawah tegakan pinus. Kegiatan pertanian dilakukan di hutan karena pada umumnya mereka tidak memiliki lahan garapan. Sebagian besar wilayah desa adalah lahan hutan milik perusahaan negara Perhutani. Kondisi topografi wilayah adalah pegunungan, namun ditandai dengan ciri rendahnya ketersediaan air baik akibat interaksi dengan hutan pinus yang dipercaya banyak ahli mempengaruhi ketersediaan air tanah maupun akibat perubahan iklim global. Komoditas pertanian utama yang dibudidayakan masyarakat adalah singkong, hal ini menyebabkan kondisi ketahanan pangan masyarakat menjadi rendah, selain itu sistem pemanenan singkong tidak ramah terhadap lingkungan hutan karena menyebabkan kerusakan lahan. Makalah ini bertujuan membahas upaya pendampingan masyarakat untuk mengurangi kerusakan lahan hutan akibat kegiatan pertanian, sekaligus meningkatkan ketahanan pangan. Kegiatan penelitian dilakukan dengan metode action research, sedangkan makalah ini menggunakan metode kualitatif dengan studi kasus. Metode kualitatif digunakan karena mampu menjelaskan suatu fenomena sosial pemberdayaan masyarakat secara menyeluruh khususnya yang dilakukan di Desa Somagede. Kegiatan pendampingan untuk mengurangi kerusakan lahan hutan akibat pertanian tanaman semusim singkong dilakukan dengan cara mengalihkan kegiatan pertanian tanaman semusim dengan kegiatan lain antara lain peternakan, penanaman kopi dan empon-empon. Hasil penelitian menyajikan beberapa teknik pendampingan yang telah ditempuh yaitu dengan penyuluhan, field school program, farmer to farmer visit, insentif dan parthnership dengan industri. Kegiatan pemberdayaan melalui pengembangan ternak sangat diminati oleh para petani. Namun demikian pengembangan kegiatan pertanian untuk konservasi lahan seperti penanaman kopi dan emponempon menghadapi kendala, hal ini menunjukkan bahwa petani memiliki minat yang sangat rendah terhadap kegiatan konservasi lahan hutan. Alasan ketertarikan pengembangan ternak didasari pemikiran bahwa ternak lebih mudah dijual dan harganya sangat menguntungkan. Ternak juga bisa disimpan sebagai tabungan. Pengembangan rumput pakan ternak mudah dilakukan terutama dengan tersedianya lahan hutan yang luas. Sedangkan pertanian kopi dan empon-empon tidak berkembang diakibatkan karena alasan tingginya biaya produksi yang harus dikeluarkan. Selanjutnya kegiatan pertanian kopi sangat labor intesisve yaitu memerlukan curahan tenaga yang banyak untuk memelihara kopi karena pengganggu tanaman di lahan hutan sangat banyak.in_ID
dc.language.isoidin_ID
dc.publisherMuhammadiyah University Pressin_ID
dc.subjectpendampinganin_ID
dc.subjectmasyarakatin_ID
dc.subjectkerusakanin_ID
dc.subjectlahanin_ID
dc.titleBelajar Bersama Petani: Pendampingan Untuk Mengurangi Dampak Kerusakan Lahan di Kawasan Hutanin_ID
dc.typeArticlein_ID


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record