Subjective Well-Being Pada Menantu Perempuan yang Tinggal Dengan Ibu Mertua
Abstract
Bagi sebagian pasangan baru, tinggal dengan orangtua merupakan pilihan yang
paling banyak dilakukan. Konflik antara menantu perempuan dan ibu mertua merupakan
permasalahan yang hampir semua orang pernah mengalaminya. Hal tersebut didukung dengan
beberapa survei dan penelitian yang menunjukkan bahwa hubungan antara menantu perempuan
dan ibu mertua lebih sering mengalami perselisihan dibandingkan dengan hubungan antara
menantu laki-laki dan ibu mertua. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bertujuan
untuk memahami dan mendeskripsikan subjective well-being pada menantu perempuan yang
tinggal dengan ibu mertua. Subjek dalam penelitian ini berdomisili di Karesidenan Surakarta
berjumlah 4 orang, yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian yang
diperoleh adalah menantu perempuan kurang bisa menerima sepenuhnya untuk tinggal dengan
ibu mertua. Menantu perempuan yang tinggal dengan ibu mertua memiliki subjective wellbeing
yang
kurang.
Sebab, tinggal dengan
ibu
mertua membuat
menantu
perempuan
tidak
bisa
menjadi
dirinya
sendiri,
tidak
mendapatkan
kebebasan,
dan
lebih
banyak
merasakan
afek
negatif
seperti
kecewa, jengkel, marah, sedih dan tertekan, sehingga membuat menantu
perempuan
menginginkan
untuk
memiliki
tempat
tinggal
sendiri.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
subjective
well-being
menantu
perempuan yang tinggal dengan ibu mertua adalah penguasaan
lingungan
yang
baik,
kasih
sayang,
hubungan sosial
dan sifat.
Dari
keseluruhan,
menantu
perempuan
yang
tinggal dengan
ibu mertua belum
mampu merasakan kesejahteraan
dalam hidupnya.