Show simple item record

dc.contributor.authorRini, Dyah Puspa
dc.contributor.authorLestari, Rini
dc.date.accessioned2017-08-21T02:02:07Z
dc.date.available2017-08-21T02:02:07Z
dc.date.issued2017-04-29
dc.identifier.citationDiener, E., Oishi, S., & Lucas, R. E. (2009). Subjective well-being : The science of happines and life satisfaction. Dalam S J Lopez & C. R. Synder (Eds), Oxford handbook of positive psychology. New York: Oxford University Press Diener, E., Wirtz, D., Biswas-Diener, R., Tov, W., Kim-Prieto, Chu, Choi, Dong-won, & Oishi, S. (2009). New measures of well-being. Social Indicators Research Series 39, doi: 10.1007/978-90-481-2354-4 12 Duran, S., & Barlas. G. U. (2016). Effectiveness of psychoeducation intervention on subjective well being and self compassion of individuals with mental disabilities. International Journal of Research in Medical Sciences, 4(1), 181-188. Fitroh, S. F. (2011). Hubungan antara kematangan emosi dan hardiness dengan penyesuaian diri menantu perempuan yang tinggal di rumah ibu mertua. Jurnal Psikologi Islam, 8(1).Diunduh dari http://psikologi.uin-malang.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/HubunganAntara-Kematangan-Emosi-Dan-Hardiness-Dengan-Penyesuaian-Diri-MenantuPerempuan-Yang-Tinggal-Di-Rumah-Ibu-Mertua.pd Gunarsa, S. D. (2003). Psikologi Perkembangan. Jakarta: BPK Gunung Mulia Haughton, J., & Khandker, S. (2006). Handbook on Poverty and Inequality. Whasington DC: World Bank Herbyanti, D. (2009). Kebahagiaan (happines) pada remaja di daerah abrasi. Indigenous. 11(2), 60-73 Hurlock.( 2004). Psikologi perkembangan : Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan edisi kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga Larsen, R. J., & Eid, M. (2008). Ed diener and the science of subjective well-being. New York: Guilford Publication. Linley, P. A., & Joseph S. (2004). Positive Psychology in Practice. New Jersey: John Wiley & Sons. Inc Pavot, W & Diener, E. (2004). The subjective evaluation of well-being in adult-hood: findings and implication. Ageing International Spring 2004, 29(2), 133-135 Pujiastuti, N. (2008). Rahasia memikat hati mertua, menantu & mertua bersahabat? Siapa takut. Bandung: Lingkar Pena Purnomo, H. B. (1994). Pondok mertua indah : Suatu tinjauan psikologis hubungan menantu- mertua. Bandung: Penerbit Mandar Maju Ryff, C., & Keyes, C. (1995). The structure of psychological well-being revisited. Journal of Personality and Social Psychology, 69 (4), 719–727 http://female.kompas.com/read/2016/07/27/070000620/1.dari.4.Wanita.Punya.Hubungan. yang.Buruk.dengan.Ibu.Mertua. 1 dari 4 wanita punya hubungan buruk dengan ibu mertua. (2016, 27 Juli). Female.kompas.com. http://m.beritasatu.com/keluarga/82801-4-dari-10-menantu-tidak-akur-dengan-mertua.html.4dari 10 menantu perempuan tidak akur dengan ibu mertua. (2012, 13 November). Beritasatu.com. http://manfaat.co.id/manfaat-rekreasi. 11 manfaat rekreasi bagi tubuh manusia. (2016, 11 Januari). Manfaat.co.id http://health.detik.com/artikelpilihan/read/2015/01/02/094946/2792211/757/konsultasi-jiwaakibat-sering-memendam-emosi. Konsultasi jiwa: akibat sering memendam emosi. (2015, 2 Januari). Detik.comin_ID
dc.identifier.isbn978-602-361-068-6
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/9267
dc.description.abstractBagi sebagian pasangan baru, tinggal dengan orangtua merupakan pilihan yang paling banyak dilakukan. Konflik antara menantu perempuan dan ibu mertua merupakan permasalahan yang hampir semua orang pernah mengalaminya. Hal tersebut didukung dengan beberapa survei dan penelitian yang menunjukkan bahwa hubungan antara menantu perempuan dan ibu mertua lebih sering mengalami perselisihan dibandingkan dengan hubungan antara menantu laki-laki dan ibu mertua. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan subjective well-being pada menantu perempuan yang tinggal dengan ibu mertua. Subjek dalam penelitian ini berdomisili di Karesidenan Surakarta berjumlah 4 orang, yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian yang diperoleh adalah menantu perempuan kurang bisa menerima sepenuhnya untuk tinggal dengan ibu mertua. Menantu perempuan yang tinggal dengan ibu mertua memiliki subjective wellbeing yang kurang. Sebab, tinggal dengan ibu mertua membuat menantu perempuan tidak bisa menjadi dirinya sendiri, tidak mendapatkan kebebasan, dan lebih banyak merasakan afek negatif seperti kecewa, jengkel, marah, sedih dan tertekan, sehingga membuat menantu perempuan menginginkan untuk memiliki tempat tinggal sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi subjective well-being menantu perempuan yang tinggal dengan ibu mertua adalah penguasaan lingungan yang baik, kasih sayang, hubungan sosial dan sifat. Dari keseluruhan, menantu perempuan yang tinggal dengan ibu mertua belum mampu merasakan kesejahteraan dalam hidupnya.in_ID
dc.language.isoidin_ID
dc.publisherMuhammadiyah University Pressin_ID
dc.subjectIbu Mertuain_ID
dc.subjectMenantu Perempuanin_ID
dc.subjectsubjective well-beingin_ID
dc.titleSubjective Well-Being Pada Menantu Perempuan yang Tinggal Dengan Ibu Mertuain_ID
dc.typeArticlein_ID


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record