Show simple item record

dc.contributor.authorAbsori, A.
dc.contributor.authorAchmadi, A.
dc.date.accessioned2017-11-07T07:27:46Z
dc.date.available2017-11-07T07:27:46Z
dc.date.issued2017-02
dc.identifier.citation[1] 1 M.D.A. Freeman, Llyods’s, Introduction to Jurisprudence, London: Sweet & Maxweel, 2001, hlm. 1384-1386. Lihat, Neil MacCormick, Rhetoric and Rule of Law Theory of Legal Reasoning, Oxford University Press. [2] 2 Stanley L. Paulson, “The Neo-Kantian Dimension of Kelsen’s Pure Theory of Law, Oxford Journal of Legal Studies”, Vol. 12, No. 3, Autumn 2005. [3] 3 Hans Kelsen, 2007, Pure Theory of Law: Legality and Legitimacy, transitaed by Lars Vinx, New York: Oxford University Press, hlm. 7 dan 11; bandingkan dengan Milijan Popovic, 2002, “Methodological Models of The General Theory of Law”, facta Universitates, series: Law and Politics Journal, Vol. 1 No. 6, Tahun 2002. [4] 4 Widodo Dwi Putro, Kritik Terhadap Paradigma Positivisme, Yogyakarta, Genta Publishing, 2011. [5] 5 Franz Von Benda-Beckmann And Keebet Von Benda-Beckmann, “Myths and stereotypes about adat law”. (A reassessment of Van Vollenhoven in the light of current struggles over adat law in Indonesia) Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, Vol. 167, no. 2-3, 2011. [6] 6 W. Friedman, Legal Theory, New York, Columbia University Press, 1967. [7] 7 Kelik Wardiono dan Khudzaifah Dimyati, “Basis Epistimologis Paradigma Rasional Dalam Ilmu Hukum: Sebuah Deskripsi Tentang Asusmsi-Asumsi Dasar Teori Hukum Murni-Hans Kelsen”, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 14 No. 3, 2014. [8] 8 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Aksara Baru, Jakarta, 1986. [9] 9 Ade Saptomo, Budaya Hukum dan Kearifan Lokal “Sebuah Perspektif Perbandingan”, Fakultas Hukum Universitas Pancasila Press, Lintangades, Jakarta, 2013. [10] 10 Constatinesco, Rechtsvergleichung, vol. 2, hlm. 335-337; David dan Brierley, Major Legal System. [11] 11 A.A.L.S. Proceedings 178 (1960). [12] 12 Soerjono Soekanto dan Ratih Lestarini, Fungsionalisme dan Teori Konflik Dalam Perkembangan Sosiologi, Sinar Grafika, Jakarta, 1988. [13] 13 Lawrence Meil Friedman, Law in Society; an Introduction (Prencite-Hall Foundation of Modern Sosiology Series, Englewood Cliffts, Stanford University, New Jersey, 1979. [14] 14 Satjipto Raharjo, Membedah hukum progresif, Jakarta, Penerbit Buku Kompas, 2007. [15] 15 Francisco Javier Fonseca, “Deficiencies of the Rule of Law and the Legal Culture, and Its Relationship toUnderdevelopment”, Asian Journal of Law and Economics, 6 (2), 2015. [16] 16 Robin M. Williams, “Values: The Concept of Values”, dalam The International Encyclopedia of the Social Scoiences, The MacMillan Publishers, London, 17th Vol, 1972, Editor: David L. Sills, disalin oleh Konsorsium Antar-Bidang Depdikbud Jakarta, 1982. [17] 17 Bernard L.Tanya, “Hukum Progresif: Perspektif Moral dan Kritis” dalam “Dekonstruksi dan Gerakan Pemikiran Hukum Progresif”, Konsorsium Hukum Progresif Universitas Diponegoro, Yogyakarta, Thafa Media, 2013. [18] 18 Frans Magnis Suseno, Etika Politik: Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, Jakarta, Gramendia Pustaka Utama, 2003. [19] 19 Raymond Wacks, Jurisprudence, London, Blackstone Press Limited, 1987. [20] 20 Lawrence Meil Friedman, Sistem Hukum: Perspektif Ilmu Sosial, Bandung, Nusa Media, 2017. [21] 21 Bernard Arief Sidharta, Hukum dan Logika, Bandung, Alumni, 2002. [22] 22 Anthon F. Susanto, Ilmu Hukum Non Sistematis: Pondasi Filsafat Pengembangan Hukum Di Indonesia, Yogyakarta, Genta Publishing, 2010. [23] 23 Hernowo, Main-main dengan Teks; Sembari Mengasah Potensi Kecerdasan, Bandung, Kaifa, 2004. Lihat juga dalam Anthon F. Susanto, Ilmu Hukum Non Sistematis: Pondasi Filsafat Pengembangan Hukum Di Indonesia, Yogyakarta, Genta Publishing, 2010. [24] 24 Edward O. Wilson, Consilience The Unity of Knowledge, (New York: Vintage Books, A Division of Random House. Inc). 1st Ed on 1999. [25] 26 Absori, Kelik Wardiono dan Saeful Rochman, Hukum Profetik: Kritik Terhadap Paradigma Hukum Non-Sistematik, Yogyakarta, Genta Publishing, 2015. [26] 27 Muhammad Agus Santoso, Hukum, Moral, & Keadilan, Jakarta, Kencana Prenadamedia, 2012in_ID
dc.identifier.isbn978-602-50710-1-0
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/9403
dc.description.abstractPenalaran rasionalitas dan konektivitas batiniah yang dimiliki manusia, menuntun menuju ritme kesadaran akan kebenaran-kebenaran ilmu pengetahuan. Aliran positivisme berangkat dari cara mengajarkan bahwa hukum bersifat mengatur, berlaku keseluruhan, dan ditetapkan oleh otoritas penguasa negara. Menurut Hans Kelsen, hukum digambarkan sebagai domain steril (bebas nilai), terpisah dari etis dan moral. Disadari atau tidak Ilmu hukum hidup dan berkembang dari pola perilaku (pattern of behavior) dimasyarakat. Dengan memahami paradigma hukum sistematik ke hukum non-sistematik diatas, maka penulis dalam hal ini memberikan sebuah tawaran dampak relasi nilai (value effect relation) budaya yang terbentuk dari sebuah polarisasi untuk mentransplantasikan nilai moral subjektif dan nilai moral objektif dalam ilmu hukum. Kedua nilai moral tersebut mendeskripsikan koridor ekspresi perasaan seseorang dan harus digali dengan berpikir secara radikal yang di integrasi bantuan panca indera dalam memberikan keadilan yang hakiki.in_ID
dc.language.isoidin_ID
dc.publisherProsiding Konferensi Nasional Ke-6 Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah Yogyakarta (APPPTM)in_ID
dc.titleTransplantasi Nilai Moral dalam Budaya untuk Menuju Hukum Berkeadilan (Perspektif Hukum Sistematik Ke Non-Sistematik Charles Sampford)in_ID
dc.typeArticlein_ID


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record