Humanisasi Proporsi Masjid Agung Yogyakarta dan Keberlanjutannya dalam Mereduksi Kebisingan
View/ Open
Date
2017-12-13Author
Syamsiyah, Nur Rahmawati
Dharoko, Atyanto
Utami, Sentagi Sesoty
Metadata
Show full item recordAbstract
Kebisingan dianggap sebagai suara yang mengganggu. Komponen luar seperti vegetasi, pagar, dan jarak antara sumber suara dan penerima dapat mengurangi kebisingan. Makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan bahwa ada komponen lain yang dapat mengurangi kebisingan, disamping ketiga hal tersebut. Penelitian ini mengambil objek Masjid Agung Yogyakarta sebagai masjid yang memiliki gaya arsitektur tradisional Jawa. Pengukuran terhadap tingkat tekanan suara (SPL) menggunakan H6zoom dan terhadap kebisingan background noise menggunkaan Sound Level Meter, baik di luar dan di dalam masjid, bertujuan untuk mengetahui terbentuknya kenyamanan audial bagi jamaah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi serambi yang terdiri atas atap rendah, lantai tinggi, sebagai ciri khas arsitektur tradisional Jawa, ternyata tidak hanya bentuk yang tampak tertutup, namun ternyata memiliki nilai humanis, yaitu nilai ketenangan, kekhusyukan dan kenyamanan sesuai dengan kebutuhan manusia ketika berada di masjid. Serambi yang terletak di depan ruang utama masjid, sebenarnya adalah ruang terbuka, namun terlihat seperti tertutup dan bisa mengurangi kebisingan sampai 27,5 desibel. Efek hamburan kebisingan tidak sampai ke ruang masjid. Serambi dan ruang dalam masjid memiliki nilai akustik yang sangat memperhatikan kebutuhan jamaah di dalamnya. Komponen lansekap seperti vegetasi tradisional ikut memperkuat keberlangsungan masjid dan sekitarnya dalam penyerapan suara bising di luar, sehingga masjid memenuhi kondisi tenang yang diinginkan.