dc.identifier.citation | Ann Heylighen, M. R. (2010), Designing Space for Every Listener. Springer-Verlag, 283-292. Dokmeci, P. N., & Kang, J. (2010), Objective parameters for acoustics comfort in enclosed space. International Congress on Acoustics (pp. 1-4). Sidney Australia: ICA 2010. Egan, D. M. (1988), Architectural Acoustics. New York: Mc Graw-Hill Book Company. Ergin, N. (2008), The Soundscape of Sixteenth-Century Istambul Mosques (Architecture and Qur'an Recital). JSAH/67:2, June, 215. Hariyono, P. (2014), Arsitektur humanistik menurut Teori Maslow. SNST (pp. 26-31). Semarang: Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim. Ismudianto, & Atmadi, P. (1998), Demak, Kudus, and Jepara Mosque, A Study of Architectural Syncretism. Yogyakarta: Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada. Kartono, J. L. (2005 Vol.3 No.2), Konsep ruang tradisional Jawa dalam konteks budaya. Dimensi Interior, 133. Lawrence, A. (1967), Architectural Acoustics. London: Applied Science Publisher Ltd. Mediastika, C. E. (2005), Akustika Bangunan, Prinsip-prinsip dan Penerapannya di Indonesia. Jakarta: Erlangga. Nur Rahmawati Syamsiyah, A. D. (2016), Application of Local Knowledge in Masjid Agung Yogyakarta For a Good Acoustics Quality. Livable Space 2 International Seminar (pp. 92-99). Jakarta: Trisakti University. Schafer, R. M. (1969), Ear Cleaning: Notes for an Experimental Music Course. Canada: Clark & Cruickshank. | in_ID |
dc.description.abstract | Kebisingan dianggap sebagai suara yang mengganggu. Komponen luar seperti vegetasi, pagar, dan jarak antara sumber suara dan penerima dapat mengurangi kebisingan. Makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan bahwa ada komponen lain yang dapat mengurangi kebisingan, disamping ketiga hal tersebut. Penelitian ini mengambil objek Masjid Agung Yogyakarta sebagai masjid yang memiliki gaya arsitektur tradisional Jawa. Pengukuran terhadap tingkat tekanan suara (SPL) menggunakan H6zoom dan terhadap kebisingan background noise menggunkaan Sound Level Meter, baik di luar dan di dalam masjid, bertujuan untuk mengetahui terbentuknya kenyamanan audial bagi jamaah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi serambi yang terdiri atas atap rendah, lantai tinggi, sebagai ciri khas arsitektur tradisional Jawa, ternyata tidak hanya bentuk yang tampak tertutup, namun ternyata memiliki nilai humanis, yaitu nilai ketenangan, kekhusyukan dan kenyamanan sesuai dengan kebutuhan manusia ketika berada di masjid. Serambi yang terletak di depan ruang utama masjid, sebenarnya adalah ruang terbuka, namun terlihat seperti tertutup dan bisa mengurangi kebisingan sampai 27,5 desibel. Efek hamburan kebisingan tidak sampai ke ruang masjid. Serambi dan ruang dalam masjid memiliki nilai akustik yang sangat memperhatikan kebutuhan jamaah di dalamnya. Komponen lansekap seperti vegetasi tradisional ikut memperkuat keberlangsungan masjid dan sekitarnya dalam penyerapan suara bising di luar, sehingga masjid memenuhi kondisi tenang yang diinginkan. | in_ID |