dc.contributor.author | Harsono, Harsono | |
dc.date.accessioned | 2018-05-07T05:57:39Z | |
dc.date.available | 2018-05-07T05:57:39Z | |
dc.date.issued | 2017-08 | |
dc.identifier.citation | Anonim. 2017. “Dunia Akui Kehebatan Murid-Murid SD Indonesia”. Antara, 30 Juli 2017’ Dewantara, Ki Hajar. 2017. Pendidikan dan Kebudayaan. Yogyakarta: Cahaya Buku. Dewey. 2017. Democracy and Education. Diakses dari google.com Driyarkara, 2012. Esai-esai Filosofi Pemikiran yang Terlibat dalam Perjuangan Bangsanya. Jakarta: PT Gramedia Utama Haryanto Ariel. 2017. Industrialisasi Pendidikan: Menyapa Paradigma Baru Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Horn, Herman H. 1945. “Definisi Pendidikan” dalamThe Journal of America. June. Yunus, Muhammad. 2012. “Konsep Pendidikan” dalam Arshebbisarro. 77 Desember 2012. | id_ID |
dc.identifier.isbn | 978-602-361-102-7 | |
dc.identifier.uri | http://hdl.handle.net/11617/9734 | |
dc.description.abstract | Kita sering mendengar hasil-hasil lomba internasional bidang sains, komputasi, dan robot
Indonesia menempati peringkat utama dalam berbagai kejuaraan sejenis di dunia internasional.
Bahkan beberapa perguruan tinggi bidang komputer menjadikan kemenangan dan kejuaraan itu
sebagai bagian promosi utama di layar TV dan media cetak.
Tujuan kajian ini adalah memahami keunggulan pendidikan kita di ranah internasional.
Metode yang dipakai adalah kualitatif berdesain ethnografidengan kekuatan utama terletak
pada data sekunder dan pengamatan terhadap publisitas.Metode analisis lintas situs kompleks
diterapkan untuk memperoleh bangunan hipotesis pembangunan sistem pendidikan di Indonesia
ke depan.
Hasil peneleitian menyebutkan bahwa keunggulan pendidikan itu bersifat nyata, spasial, dan
tidak menggambarkan proses dan hasil pendidikan nasional secara menyeluruh. Pada tataran
kualitas yang komperhensif, hasil pendidikan Indonesia menempati peringkat terbawah dunia
dan bergerak menjadi peringkat 7 dari bawah, jauh di bawah sistem pendidikan Vietnam. Dalam
perspektif proses pembelajaran, para guru mengajarkan materi yang tidak mendidik. Semangat
guru menghasilkan media pembelajaran inovatif cukup menggembirakan tetapi pembelajaran
inovatif belum tumbuh di kelas-kelas. Proses pendidikan formal di sekolah-sekolah cenderung
merendahkan martabat (tidak sejalan) dengan nilai-nilai kebudayaan masyarakat sehingga muncul simbol modern versus tradisional yang terpelihara dengan baik sejak zaman penjajahan
Belanda hingga kini. | id_ID |
dc.language.iso | other | id_ID |
dc.publisher | Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Berkemajuan dan Menggembirakan (The Progressive & Fun Education Seminar) ke -2 | id_ID |
dc.title | Tantangan Pendidikan Unggul: Mampukah Guruku Mengajar | id_ID |
dc.type | Article | id_ID |