Forensik Engineering Banjir Bandang Untuk Mendeteksi Kerusakan Daerah Tangkapan Air Dalam Rangka Restorasi Sungai dan Lingkungan
Abstract
Perubahan iklim global semakin terasa dengan hadirnya fenomena hujan ekstrim di beberapa
Daerah Aliran Sungai (DAS). Hujan ekstrim ini yang menyebabkan aliran banjir menjadi ganas,
yang khalayak menyebutnya dengan istilah banjir bandang. Forensik engineering adalah cara
untuk menentukan penyebab kerusakan (kegagalan)lingkungan dan struktur pada bangunan,
Pada kesempatan ini yang akan dibahas adalah kerusakan lingkungan yang menyebabkan
banjir bandang. Forensic engineering haruslah dapat menjelaskan permasalahan secara
obyektif, logis, faktual, netral, tidak bias dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
orang awam tentang cara melakukan investigasi utk mendapatkan temuan-temuan teknik
evaluasi dan analisis, hasil evaluasi/analisis, kesimpulan, pendapat dan rekomendasi. Banjir
bandang sering dikategorikan masuk dalam bencana alam, adapun bencana alam itu sendiri
yaitu Suatu gangguan perubahan tata lingkungan sebagai akibat fenomena al am atau aktifitas
manusia ataupun oleh kedua-duanya yang terjadi dalam waktu re/atit singkat, sulit
diduga terjadinya dan dapat menimbu/kan kerugian jiwa dan harta benda, maupun
kerusakan lingkungan, kerusakan prasarana, sarana dan fasilitas umum serta dapat
menimbulkan gangguan terhadap tata penghidupan masyarakat. Maksud tulisan ini, yaitu
untuk memberikan pemahaman tentang genesa terjadinya banjir bandang. Adapun
tujuannya, yaitu : memberikan edukasi kepada masyarakat awam untuk dapat menyelidiki
penyebab banjir bandang, selanjutnya dapat dilakukan langkah-langkah perbaikan lingkungan
kedepan. Dari jenis material sedimen, banjir bandang dapat dibagi menjadi 2, yaitu mudflow
dan debris flow. Mudflow adalah banjir bandang yang membawa sedimen dominan berukuran silt
sampai lempung. Sedangkan debris flow adalah banjir bandang yang membawa sedimen
dominan berukuran pasir sampai boulder. Secara Umum Genesa Terjadinya Banjir Bandang
dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu : (1). Banjir Bandang yang terjadinya karena erosi alur
sungai; dimana endapan sedimen yang tebal pada alur sungai merupakan potensial sebagai
material sedimen dalam aliran mudflow/debris flow bila tinggi air sungai semakin tinggi. (2).
Banjir Bandang yang terjadi karena runtuhnya material yang membendung pada alur sungai
(natural dam collapse). Mekanisme/proses runtuhnya natural dam dapat dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu : a. Natural dam collapse karena overtopping; b. Natural dam collapse karena
sliding (runtuhnya mulai dari bawah tubuh natural dam); c. Natural dam collapse karena
progressive failure (runtuhnya mulai dari atas tubuh natural dam); (3). Banjir Bandang yang
terjadi longsornya tebing yang secara langsung mengalir mengalir menjadi aliran
mudflow/debris flow. Genesa banjir bandang tipe 1 merupakan bencana alam yang disebabkan
oleh factor alam dan manusia (sebagai contoh banjir bandang garut september 2016);
sedangkan banjir bandang tipe 2 dan 3 merupakan bencana alam yang disebabkan oleh factor
alam (sebagai contoh banjir bandang belanting Lombok timur januari 2006). Rekomendasi
untuk mengatasi banjir bandang tipe 1, yaitu : rehabilitasi lahan pada daerah tangkapan air
sebagai zona konservasi. Sedangkan rekomendasi untuk mengatasi banjir bandang tipe
2 dan 3, yaitu dengan penanaman tanaman berakar tunggang pada lereng di daerah
tangkapan air, diutamanakan tanaman akar tunggang endemik daerah setempat dan tanaman
berakar tunjang di bagian kaki lereng.