Show simple item record

dc.contributor.authorHidayat, Wahyu
dc.contributor.authorDwiasih, Ratna
dc.date.accessioned2019-05-29T02:47:34Z
dc.date.available2019-05-29T02:47:34Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.citationA. Qodri A. Azizy. 2002. Pendidikan Agama Untuk Membangun Etika Sosial (Mendidik Anak Sukses Masa Depan : Pandai dan Bermanfaat). Semarang : CV Aneka Ilmu. Abuddin Nata. 2003.Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung : Angkasa. Budiyanto. 2005. Kewarganegaraan Untuk SMA Kelas XII. Jakarta : Erlangga. Daryanto dan Hery Tarno. 2015. Pengelolaan Budaya dan Iklim Sekolah. Yogyakarta : Penerbit Gava Media. Ine Kusuma Aryani dan Markum Susatim. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia. Mimbar Penmbangunan Agama (MPA) No 270 Edisi Maret 2009 Mundzier Suparta. 2008. Islamic Multicultural Education : Sebuah Refleksi atas Pendidikan Agama Islam di Indonesia. Jakarta : Al-Ghazali Center. Syarifuddin. 2005. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam. Ciputat : Ciputat Press.id_ID
dc.identifier.issn2598-6384
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/10777
dc.description.abstractPancasila sebagai dasarnya menekankan pada nilai-nilai untuk menumbuhkan warga negara yang baik dan patriotik. Berdasarkan hal tersebut perlunya generasi muda terlibat secara lebih aktif melalui penguatan identitas Indonesia dan ketahanan budaya dalam konteks interaksi dalam komunitas masyarakat dengan membentuk ikatan kolektivitas, rasa kebersamaan yang melahirkan dan menumbuhkan identitas ke-Indonesia-an dan mewariskan nilai-nilai tersebut kepada generasi selanjutnya. Dengan konsep seperti inilah menumbuhkan identitas ke-Indonesia-an yang kuat dan membentuk ketahanan budaya sebagai benteng yang mendasari pengaruh apapun dari dampak negatif globalisasi dan era reformasi dalam bentuk apapun dan menguatkan nasionalisme Indonesia secara keseluruhan dalam era globalisasi dan era reformasi.Civitas akademika di madrasah adalah komunitas muslim yang dituntut untuk melakukan internalisasi nilai-nilai keislaman (Islamic values) dalam segala aspek kehidupannya, bukan sekedar ritus-ritus kering yang berakibat lahirnya ritualisme yang ditandai dengan keterikatan pada makna yang tersurat dari teks-teks keagamaan dengan menjalankan ritus-ritus keagamaan secara setia, namun lupa dengan tujuan dari ritual itu sendiri.Desain pengembangan budaya agama dimulai dari proses intenalisasi nilai tersebut bermula dari moral Knowing (mengetahui secara teoritik tentang moral), dilanjutkan dengan moral feeeling (kesadaran penuh untuk berperilaku yang bermoral) dan akhirnya moral actioan (melakukan segala tindakan yang mencerminkan perilaku moral yang baik). Proses internalisasi itu dilakukan dengan metode internalisasi dengan teknik pembiasaan dan keteladanan. Pengembangan lingkungan madrasah berbasis budaya agama diarahkan pada terwujudnya manusia Indonesia yang taat beragama dan beraklak mulia, yaitu manusia perpengetahuan, rajin ibadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi, menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas madrasah. Sehingga dalam hubungan antara budaya agama Islam dan Pancasila, keduanya dapat berjalan saling menunjang dan saling mengokohkan.id_ID
dc.language.isootherid_ID
dc.publisherProsiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan 2017id_ID
dc.titleDesain Pengembangan Budaya Agama di Sekolah/Madrasah sebagai Reaktualisai Nilai-Nilai Pancasilaid_ID
dc.typeArticleid_ID


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record