Teknik Relaksasi Nafas Dalam pada Pasien Gagal Ginjal: Kajian Literatur
Abstract
Penurunan fungsi renal sehingga produk akhir metabolisme protein (yang normalnya di sekresikan melalui urin) tertimbun dalam darah menyebabkan ditemukannya kandungan ureum dalam darah akibatnya terjadi gagal ginjal. Uremia kejadian akibat dari ketidakmampuan tubuh untuk menjaga metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit yang dikarenakan adanya gangguan pada fungsi ginjal yang bersifat progresif dan irreversible. Pasien gagal ginjal kronis yang sudah menjalani terapi hemodialisis rata-rata mengalami sesak nafas. Hemodialisis dilakukan sebagai cara untuk menggantikan fungsi ginjal yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sesak nafas merupakan bentuk ketidakpatuhan pasien akan konsumsi makanan yang tidak bergizi dan asupan cairan yang berlebih sehingga pasien yang belum masuk jadwal hemodialisis sudah merasakan keparahan dari penyakit gagal ginjal kronis berupa sesak nafas akibat penumpukan cairan di paru-paru. Masalah ini ditangani dengan nonfarmakologi yaitu dengan teknik relaksasi nafas dalam dengan tujuan akan menstimulasi sistem saraf parasimpatik sehingga meningkatkan produksi endorpin, menurunkan heart rate, meningkatkan ekspansi paru sehingga dapat berkembang maksimal, dan otot-otot menjadi rileks. Metode yang digunakan adalah kajian literatur perbandingan antara gambaran kasus dengan beberapa literatur jurnal tindakan pendukung gambaran kasus untuk menangani masalah sesak nafas pada pasien gagal ginjal. Hasil analisis jurnal didapatkan 4 jurnal pendukung menyatakan terapi relaksasi nafas dalam efektif untuk mengurangi hiperventilasi dan, menstinulasi sistem saraf simpatik meningkatkan endorphin, menurunkan heart rate, meningkatkan eskspansi paru sehingga berkembang maksimal dan otot-otot menjadi rileks. Pada penelitian lain menyatakan penggunaan suplemen Vitamin D dapat mencegah kondisi yang memburuk gagal ginjal dan memperbaiki kondisi penderita. Pernapasan dalam merupakan eksperimen non farmakologis berupa teknik pernapasan yang dapat dilakukan secara mandiri untuk memperbaiki ventilasi paru dan meningkatkan perfusi oksigen ke jaringan perifer. Selain itu, nafas dalam juga dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun tanpa harus diawasi tenaga kesehatan mengingat nafas dalam tidak memiliki efek yang merugikan.