dc.description.abstract | WHO merekomendasikan eliminasi schistosomiasis tercapai pada tahun 2020 dan
eradikasi diharapkan dapat dicapai pada tahun 2025. Prevalensi schistosomiasis pada
manusia sampai tahun 2018 di Indonesia masih fluktuatif. Kondisi ini dipengaruhi oleh
masih tingginya prevalensi pada hewan ternak juga pengendalian daerah fokus keong yang
masih terbatas. Faktor lain adalah belum maksimalnya pemberdayaan masyarakat serta
peran lintas sektor di tingkat desa dalam pencegahan, pendeteksian dini, dan pengendalian
schistosomiasis. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi penguatan peran tokoh agama
dalam pengendalian schistosomiasis, diharapkan dapat menjadi acuan penentu kebijakan
dalam merumuskan stretegi pengendalian schistosomiasis. Metode penelitian secara
deskriptif dengan design cross-sectional study, jumlah sampel sebanyak 180 responden.
Pengumpulan data dilakukan dengan kegiatan pembentukan tokoh agama aktif, sosialisasi,
pelatihan, pendampingan dan pre-post tes guna menilai tingkat pengetahuan masyarakat
tentang schistosomiasis. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan
setelah dilakukan sosialisasi schistosomiasis oleh tokoh agama, khususnya terkait penyebab
schistosomiasis, gejala dan tempat habitat keong. Selain itu, adanya peningkatan cakupan
pemeriksaan tinja oleh masyarakat, yang sebelumnya belum mencapai 80 %. Penguatan
peran tokoh agama cukup memberikan sumbangsih dalam menurunkan kasus
schistosomiasis di Dataran Tinggi Badan. | id_ID |