Show simple item record

dc.contributor.authorAziizah, Farah
dc.contributor.authorSinta, Mutia
dc.contributor.authorDwi, Kusumaningsih
dc.date.accessioned2021-09-18T04:14:14Z
dc.date.available2021-09-18T04:14:14Z
dc.date.issued2021
dc.identifier.issn2721-2882
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/12694
dc.description.abstractMyasthenia gravis adalah penyakit autoimun yang menyerang neuromuskular juction ditandai oleh suatu kelemahan otot dan cepat lelah akibat adanya antibodi terhadap reseptor asetilkolin (AchR) sehingga jumlah AchR di neuromuskular juction berkurang. Pada pemeriksaan watenberg/simpson test dan uji tensilon akan menimbulkan ptosis, sedangkan uji prostigmin akan menghilangkan ptosis. Pengobatan dapat diberikan piridostigmin bromida (mestinon) 30-120 mg/3-4 jam/oral, dosis parenteral 3-6 mg/4-6 jam/ iv dan prednison dimulai dengan dosis awal 10-20 mg. Seorang perempuan berusia 30 tahun mengeluhkan sulit bicara, suara hilang, mata kiri tidak bisa membuka dan sulit menelan. Mata kiri dapat dibuka setelah dikompres, suara perlahan membaik setelah istirahat. Pasien didiagnosis dengan myasthenia gravis dan mendapatkan terapi per oral berupa mestinon 3x60 mg; prednison 2x5 mg.id_ID
dc.language.isootherid_ID
dc.titleTANTANGAN DIAGNOSIS DAN TERAPI MYASTHENIA GRAVISid_ID
dc.title.alternativeDiagnostic and Therapeutic Challenges of Myasthenia Gravisid_ID
dc.typeArticleid_ID


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record