Show simple item record

dc.contributor.authorEstri, Sri Harnani Rafidah
dc.contributor.authorRakhma, Titian
dc.date.accessioned2021-11-08T01:47:54Z
dc.date.available2021-11-08T01:47:54Z
dc.date.issued2021-02
dc.identifier.issn2721-2882
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/12807
dc.description.abstractBell’s Palsy merupakan suatu penyakit paralisis nervus kranialis ke-7 yang menyebabkan kelemahan sementara otot-otot wajah sesisi. Penyakit ini seringkali dikaitkan dengan infeksi virus, terutama Herpes simplex virus (HSV) dan Varicella zoster virus (VZV). Penyebab lain yang mungkin diantaranya infeksi bakteri, neuropati iskemik, herediter dan autoimun, serta penyakit sistemik seperti diabetes. Secara global, insidensi Bell’s Palsy mencapai 15 – 20 kasus per 100.000 penduduk dengan 40.000 kasus baru per tahun. Pada tahun 2017, prevalensi Bell’s Palsy di RSCM Jakarta sebanyak 7,6% dari total kasus gangguan neuromuskular. Biasanya pasien datang dengan keluhan kelemahan wajah sesisi yang tibatiba, pada beberapa kasus dapat juga disertai dengan gangguan pendengaran seperti tinnitus, gangguan pengecapan lidah, dan kesulitan menelan. Gejala yang muncul tergantung pada letak lesi nervus facialis yang terlibat. Berbeda dengan stroke, pada Bell’s Palsy tidak diikuti dengan kelemahan anggota gerak satu sisi. Oleh karena itu, penting membedakan Bell’s Palsy dengan stroke agar dapat menentukan penanganan yang tepat bagi pasien.id_ID
dc.language.isootherid_ID
dc.publisherProceeding Book National Symposium and Workshop Continuing Medical Education XIVid_ID
dc.titlePARESE NERVUS KRANIALIS KE-7 LMN ET CAUSA BELL'S PALSY: LAPORAN KASUSid_ID
dc.typeArticleid_ID


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record