dc.description.abstract | Salah satu ciri mendasar sehat mental adalah kemampuan individu
untuk hidup bersama dengan orang lain termasuk di dalamnya
memberikan kontribusi positif terhadap lingkungannya. Banyak ahli
psikologi, misalnya Erich Fromm dan Fritz Perls (dalam Schultz. 1991),
meyakini bahwa ciri ini akan menjadi jelas ketika individu memiliki
karakter yang bersifat inklusif. Karakter ini mewujud dalam rasa cinta
dan persaudaraan terhadap semua orang tanpa membangun sekatsekat
sebagai batasnya. Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan dasar
pemikiran dari beberapa tokoh psikologi terkait dengan karakter inklusif.
Diharapkan tulisan ini akan memberikan pencerahan khususnya bagi
generasi muda mengenai pentingnya membangun karakter inklusif.
Bagi orang muda, membangun karakter inklusif sebenarnya adalah
sebuah tantangan. Di saat mereka, menurut Erik Erikson (1989),
disibukkan dengan usaha membangun identitas diri, termasuk di
dalamnya dengan masuk dalam berbagai kelompok, orang-orang muda
ini ditantang untuk justru meminimalkan bangunan sekat-sekat yang
membatasi dirinya dengan orang lain di sekitarnya. Meskipun tidak
mudah, membangun karakter inklusif bagi generasi muda adalah kunci
untuk memenangkan pertaruhan pencarian identitas diri yang pada
akhirnya akan memperkokoh identitas diri mereka. Capaian tersebut
nantinya akan menjadikan mereka tumbuh sebagai pribadi yang matang
dan sehat di berbagai tahap hidup mereka selanjutnya. | en_US |