Show simple item record

dc.contributor.authorT., Azizah Gama
dc.contributor.authorAprilianingrum, Farida
dc.date.accessioned2012-03-12T03:29:17Z
dc.date.available2012-03-12T03:29:17Z
dc.date.issued2006-10
dc.identifier.citationAllgeier, R Albert; Allgeier, R Elizabeth. Sexual Interactions. 4th Edition. Toronto: D.C Heath & Company. 1995. Amo J, Gonzalez, Losana, et al. Sex Workers : Influence of age and geographical origin in the prevalence of high risk human papillomavirus in migrant female sex workers in Spain. Sex Transm Infect. 2005; vol 81; p 79 – 84. Anderson RM. Transmission Dynamics of Sexually Transmitted Infections. In Holmes : Sexually Transmitted Diseases. New York : McGraw Hill. 2002; 3rd ed; chapter 3; p 25 - 37. Anonim. Laporan Kasus IMS di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2004. Semarang: Dinkesprop Jateng. 2005 Anonim. Laporan Kasus IMS di Kota Semarang Tahun 2003. Semarang : DKK Semarang. 2003. Anonim. Laporan Kasus IMS di Kota Semarang Tahun 2004. Semarang : DKK Semarang. 2004. Anonim. Laporan Kasus IMS di Kota Semarang Tahun 2005. Semarang : DKK Semarang. 2005. Anonim. Laporan Survei Sero Sentinel Kota Semarang Tahun 2001 – 2005. Semarang : DKK Semarang. 2006. Aprilianingrum, Farida. Survei Penyakit Sifilis dan Infeksi HIV Pada Pekerja Seks Komersial Resosialisasi Argorejo Kelurahan Kalibanteng Kulon Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang Tahun 2002. 2002. http:/ /www.health-lrc.com BPS. Laporan Hasil Survei Surveilans Perilaku (SSP) Tahun 2003 Jawa Tengah. Jawa Tengah : BPS Jateng. 2003. Brandt AM, Jones DS. Historical Perspectives on Sexually Transmitted Diseases : Challenges for Prevention and Control. In Holmes : Sexually Transmitted Diseases. New York : McGraw Hill. 2002; 3rd ed; chapter 2; p 15 – 20. FK UI. Infeksi Menular Seksual. Jakarta : FK UI. 2005; edisi ketiga. Golden, Matthew. Vaginitis and Sexually Transmitted Diseases in Infectious Diseases. WebMD Inc. 2003; chapter xxii. Gordis, Leon. Epidemiology. USA : WB Saunders Company, 1996; 3th edition. Griya ASA PKBI Kota Semarang. Laporan Klinik IMS Griya ASA Tahun 2005. Semarang : PKBI Kota Semarang. 2006. Kleinbaum David. Logistic Regression : a Self Learning Text. New York : Springer – Verlag Inc. 1994. Koutsky LA, Kiviat NB. Genital Human Papillomavirus. In Holmes : Sexually Transmitted Diseases. New York : McGraw Hill. 2002; 3rd ed; chapter 25; p 347 – 356. La Pona. Pekerja Seks Jalanan : Potensi Penularan Penyakit Seksual. Yogyakarta : Pusat Penelitian Kependudukan UGM. 1998. Lemeshow, Hosmer, Klar. Adequacy of Sample Size in Health Studies. WHO. 1990. Mayo Clinic. Genital Warts. Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER). 2005; February. http://www.mayo clinic.com Medical Institute. Human Papilloma Virus. The Medical Ins Fact. 2004. http:/ /www.medinstitute.org Moscicki A, Hills N, Shiboski S. Risk for Incident Human Papillomavirus Infection and Low Grade Squamous Intraepithelial Lesion Development in Young Females. J Am Med Assc. 2001; vol 285; no 23. Munoz N, Bosch X, Sanjose S, et al. Epidemiologic Classification of Human Papillomavirus Types Associated with Cervical Cancer. New England J Med. 2003; vol 348; p 518 – 527. PPM & PL Depkes RI. Pedoman Penatalaksanaan Penyakit Menular Seksual. Jakarta : Depkes RI. 1996. Qomariah, Siti. Douching. http://www.bkkbn.go.id.2005 Resosialisasi Argorejo. Data Anak Asuh. Resosialiasasi Argorejo. 2005. Sandikot RT, Andrew AC, et al. Recurrent Respiratory Papillomavirus with Pulmonary Cystic Disease in a Child, Following Maternal Genital Warts. Genitourinary Med. 1997; vol 73, no 1, p 63 – 65. Sastroasmoro, S & Ismael, S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto. 2002; ed 2. Sonnex C, Straus S, Gray JJ. Detection of Human Papillomavirus DNA on the Fingers of Patients with Genital Warts. Sex Transm Inf. 1999; vol 75; p 317 – 319. Soong, Alvarez, Butterworth. A longitudinal analysis of human papillomavirus 16 infection, nutritional status and cervical dysplasia progression. Ca Epidemiology, Biomarkers & Prevention. 1995; vol 4; no 4; p 373 – 380. Steinbrook R. The Potential of Human Papillomavirus Vaccines. New England J Med. 2006; vol 354; p 1109 – 1112 Sun, Kuhn, Ellerbrock, et al. Human Papillomavirus Infection in Women Infected with the Human Immunodeficiency Virus. New England J Med. 1997; vol 337; no 19; p 1343 – 1349. Wahyuni, Chatarina. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi HPV 16/18. 2003. http://adln.lib.unair.ac.id Wen LM, Estcourt CS, et al. Risk Factors for the Acquisition of Genital warts : are Condoms protective?. Sex Transm Inf. 1999; vol 75; p 312 – 316.en_US
dc.identifier.issn1411-5174
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/396
dc.description.abstractKondiloma Akuminata (KA) adalah IMS yang disebabkan oleh Humanpapilloma virus (HPV) tipe tertentu yang menyebabkan adanya kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan mukosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas seksual dan vaginal douching terhadap timbulnya infeksi menular seksual kondiloma akuminata. Penelitian ini adalah studi eksplanatory. Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasional dengan pendekatan case control study. Populasi studi adalah seluruh PSK Resosialisasi Argorejo Kota Semarang. Sampel Kasus adalah PSK resosialisasi Argorejo yang terdiagnosis melalui pemeriksaan laboratorium (spesimen sekret vagina) menderita KA selama kurun waktu Februari 2007 oleh dokter di klinik IMS dan dikonfirmasi oleh dokter spesialis kulit kelamin, sedangkan kontrol menggunakan dua kelompok. Kelompok satu yakni adalah PSK yang terdiagnosis menderita IMS non KA, dan kelompok dua adalah PSK yang tidak terdiagnosis menderita IMS. Jumlah sampel kasus dan kontrol masing-masing sebanyak 46 orang, sehingga jumlah seluruh sampel 144 orang. Analisis data meliputi univariat, bivariat dengan uji chi square, dan multivariate dengan uji regresi logistic ganda. Analisis data dilakukan dengan program komputer SPSS 13.00. Hasil penelitian menunjukkan faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya KA pada kontrol 1 (IMS Kandidiasis) adalah HUS oral – genital OR = 2,4 (95% CI : 95% CI = 0,9 – 6,5). Pada kontrol 2 (non IMS) adalah vaginal douching OR = 7,2 (95% CI = 1,2 – 42,5). Sedangkan faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya KA pada kedua kontrol (IMS kandidiasis dan non IMS) adalah pemakaian kondom jarang (OR1 = 2,4; OR2 = 3,9).en_US
dc.subjectAktivitas seksualen_US
dc.subjectvaginal douchingen_US
dc.subjectkondiloma akuminataen_US
dc.subjectPSKen_US
dc.titlePENGARUH AKTIVITAS SEKSUAL DAN VAGINAL DOUCHING TERHADAP TIMBULNYA INFEKSI MENULAR SEKSUAL KONDILOMA AKUMINATA PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL RESOSIALISASI ARGOREJO KOTA SEMARANGen_US
dc.title.alternativeTHE INFLUENCE OF SEXUAL ACTIVITY AND VAGINAL DOUCING TOWARD THE OCCURRING OF SEXUALLY TRANSMITED DISEASE CONDILOMA ACUMINATE (CA) OF SEX WORKERS AT ARGOREJO RESOCILATION OF SEMARANG CITYen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record