Show simple item record

dc.contributor.authorKaryani, Usmi
dc.date.accessioned2013-12-13T08:25:04Z
dc.date.available2013-12-13T08:25:04Z
dc.date.issued2013-06-01
dc.identifier.citationAustralian Catholic University & Erabus International. (2008). Scooping study into approaches to student wellbeing. Final Report.Department of Education, Employment and Workplace Relations. Badan Pusat Statistik. (2012). Angka Partisipasi Sekolah (APS), tabel statistic pendidikan, diunduh pada 14 Desember 2012 dari http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1%daftar=1%id_subejk=28&notab= 2. De Fraine, R.D., Landeghem, G.V., Damme, J.V, & Onghena, P. (2005).An analysis of wellbeing in secondary school with multilevel growth curve models and multilevel multivariate models.Quality & Quantity 39: 297 – 316. DOI 10.1007/s11135-004—5010-1. Ereaut, G., & Whiting, R. (2008). What do we mean by well-being? And why might it matter?.Research Report DCSF-RW073, Linguistic Landscape, Department of Children, Schools & Families, UK. Fraillon, J. (2004). Measuring student well-being in context of Australian Schooling: Discussion Paper. Hanafin.S., & Brooks, A.M. (2005). Report on the development of a national sett of child wellbeing indicators in Ireland. The National Childrend’s office. Dublin. Diunduh dari http://www.dcya.gov.ie/documents/reserach/reportondevelopmnetwellbeingindicatos.pdf. Hartanti.(2010). Faktor-faktor Pendukung Kesejahteraan Subjektif pada Pekerja. Laporan Akhir Kegiatan Penelitian Hibah Disertasi Doktor, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UGM. Huebner, E.S., Suldo, S.M., & Valois, R.F. (2003).Psychometric Properties of Two Brief Measures of Children’s Life Satisfaction: The Students’ Life Satisfaction Scale and the Brief Multidimensional Students” Life Satisfaction Scale. Paper prepare for the Indicators of Positive Development Conference, March 12 – 13, 2003. Diunduh dari www.childrens.org/files/huenbersuldovaloispaper.pdf. O’Hare, W., Mather, M., & Dupuis, G. (2012).Anlyzing state differences in child wellbeing.Report.Foundation for Child Development. Diunduh dari http://www:fcd.us.org Konu, A., & Rimpela, M. (2002). Well-being in school: a conceptual model. Health Promotion International, Vo. 17 (1), 79 – 89.Rees, G., Goswani, H. & Bradshaw, J. (2010).Developing an index of children’s subjective well being in England.http://www:childrenssociety.org.uk. Diunduh pada 12 Maret 2013. Reschly, A.L., & Christenson, S.I. (2009).Parents as essential partners for fostering student’s learning outcomes.Dalam Handbook of Positive Psychology in School.Edited by Gilman, R., Huebner, E.S., & Furlong, M.J. New York: Routledge. Samman, E. (2007). Psychological & Subjective Well-being: A proposal for internationally comparable indicators. Oxford Pooverty & Human Development Initiative (OPHI), Department of International Development, Queen Elizabeth House, University of Oxford. Diunduh dari http://www:ophi.org.UK Saptandari, E.W. (2012). Peran Sekolah untuk Kesejahteraan Mental Anak dan Remaja .Dalam Faturochman, Tri Hayuning Tyas, Wenty Marina Minza, dan Galang Lufityanto (penyunting), Psikologi untuk Kesejahteraan Masyarakat, Yogkakarta: Pustaka Pelajar dan Fakultas Psikologi UGM. Spotlight. (2012). Well-being: Promoting mental health in schools. No.2, 2012. Bulletin.OireachtasLibrary & Research Service. Undang-undang Republik Indonesia Nomor Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak. Victorian General Report. (2010). The Effectiveness of Student Wellbeing Programs and Services.Februari 2010. Victorian Auditor General’s Office (VAGO). Diunduh pada 31 April 2012 dari http://download.audit.vic.gov.au/files/290110_Student_Wellbeing_Full_Report.pdfen_US
dc.identifier.isbn9789796361533
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/3978
dc.description.abstractPada beberapa dasawarsa terakhir isu mengenai well-being menjadi mengemuka, seiring dengan terjadinya pergeseran paradigma dimana kesehatan mental tidak lagi dipandang sebagai tidak adanya kondisi psikopatologi. Well-being pada umumnya diartikan sebagai kesejahteraan. Dalam konteks Indonesia, kesejahteraan juga menjadi titik perhatian sebagaimana tampak pada keseluruhan nafas kesejahteraan anak, serta perlindungan anak. Dalam UU tersebut kesejahteraan anak dipahami sebagai suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Tulisan ini akan menyoroti kesejahteraan anak dalam konteks sebagai peserta didik, mengingat pada umumnya anak juga sekaligus peserta didik. Sebagai peserta didik, anak memikul tanggungjawab yang tidak ringan yakni mengoptimalkan potensi-potensinya hingga mampu mencapai kinerja secara optimal. Optimalisasi kinerja siswa dipengaruhi oleh adanya kesejahteraan siswa. Pencapaian kesejahteraan siswa menjadi tanggungjawab sekolah, masyarakat dan keluarga. Dalam tulisan ini akan diuraikan keluarga sebagai domain dari kesejahteraan siswa berdasarkan kajian literatur.en_US
dc.publisherUniversitas Muhammadiyah Surakartaen_US
dc.subjectkeluargaen_US
dc.subjectkesejahteraan siswa (student wellbeing)en_US
dc.titleKeluarga sebagai Ranah Utama Kesejahteraan Siswaen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record