Show simple item record

dc.contributor.authorDwiyanti, Retno
dc.date.accessioned2013-12-13T08:41:48Z
dc.date.available2013-12-13T08:41:48Z
dc.date.issued2013-06-01
dc.identifier.citationAbdullah, A.(1992). Filsafat Islam : Kajian Ontologis, Epistemologis,. Aksiologis, Historis Perspektif, Yogyakarta : LESPI. Al-Halwani, A.F. (1995). Melahirkan Anak Saleh. Mitra Pustaka, Jakarta Alwisol. (2006). Psikologi Kepribadian, Malang : UMM Effendi, Suratman, Ali Thaib, Wijaya, Dan B. Chasrul Hadi. (1995). Fungsi Keluarga Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. Jambi: Departemen Pendidikan dan Kebudayan. Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Erlangga, Jakarta. Hermansyah. (2001). Pengembangan Moral. Depdiknas, Jakarta. Maccoby, E. E., & Martin, J. A. (1993). “Socialization in the context of the family: Parent–child interaction”. In P. H. Mussen (Ed.) & E. M. Hetherington (Vol. Ed.), Handbook of child psychology: Vol. 4. Socialization, personality, and social development (4th ed., pp. 1-101). New York: Wiley. Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono, S.R. (2002). Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam berbagai bagiannya. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta. Mardiya. (2005). “Buramnya Wajah Keluarga Kita”. Artikel. Kedaulatan Rakyat 17 April 2005 halaman 8. Santrock, John W. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga Trisusilaningsih, E. (2009). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Perkembangan Moral Anak. Laporan Penelitian. Mardiya.wordpress.com Widayanti, S.Y.M dan Iryani, S.W. (2005). Pengaruh Pola Asuh Orangtua terhadap Kenakalan Anak B2P3KS, Yogyakarta. Wagiman, http://keluargasyifa.blogspot.com, diakses 24 Mei 2010en_US
dc.identifier.isbn9789796361533
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/3983
dc.description.abstractTujuan penulisan artikel ini untuk mengkaji perkembangan moral anak yang dikembangkan oleh Kohlberg. Penilaian moral dalam perkembangannya, yaitu apa yang dianggap baik (seharusnya dilakukan) dan tidak baik (tidak pantas dilakukan) anak, oleh Kohlberg dibagi dalam stadium yang berbeda-beda.Kohlberg membagi perkembangan moralitas ke dalam 3 tingkatan yang masing-masing di bagi menjadi 2 stadium. Tingkat I. Penalaran moral yang pra-konvensional. stadium 1. Orientasi patuh dan takut hukuman; stadium 2. Orientasi naif egoistis/hedonisme instrumental. Tingkat II. Penalaran moral yang konvensional. Stadium 3. Orientasi anak atau person yang baik; stadium 4. Orientasi pelestarian otoritas dan aturan sosial. Tingkat III. Penalaran moral yang post-konvensional. Stadium 5. Orientasi kontrol legalitas; stadium 6. Orientasi yang mendasarkan atas prinsip dan konsiensia sendiri. Menurut Kohlberg stadium ini akan selalu dilalui oleh setiap anak, jadi merupakan hal yang universal, yang ada dimana-mana, mungkin tidak pada urutan usia yang sama namun perkembangannya selalu melalui urutan itu. Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama dan utama bagi tumbuh kembangnya anak. Anak akan berkembang optimal apabila mereka mendapatkan stimulasi yang baik dari keluarga. Oleh karena itu pola parenting yang tepat dapat dijadikan sarana untuk perkembangan moral anak. Keluarga berfungsi mengembangkan moral anak yang dibentuk secara sosial melalui accepting, preserving, taking, exchanging dan biophilous.en_US
dc.publisherUniversitas Muhammadiyah Surakartaen_US
dc.subjectTingkatanen_US
dc.subjectPerkembangan moralen_US
dc.subjectParentingen_US
dc.titlePeran Orangtua dalam Perkembangan Moral Anak (Kajian Teori Kohlberg)en_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record