dc.identifier.citation | Baru, M.T.F. 2011. Persepsi dan Strategi Adaptasi Masyarakat di Wilayah Pesisir Ende dalam Menghadapi Bencana Akibat Gelombang Pasang, Thesis, UGM, Yogyakarta. Burrough P.A, Mc Donnell R.A. 1998. Principals of Geographical Information System. New York: Oxford University Press. Dewi, Anggraini. 2007. ―Community Based Analysis of Coping with Urban Flooding: a Case Study in Semarang, Indonesia‖, Thesis, ITC, The Netherlands. Febrianti, F. 2010. Flood Risk Perception and Coping Mechanism of a Local Community: A case study in part of Surakarta City, Thesis, ITC, The Netherlands. Guarin, Graciela Peters and McCall, Michael K. 2010. Community Carbon Forestry (CCF) for REDD Using CyberTracker for Mapping and Visualising of Community Forest Management in the Context of REDD. K:TGAL (Kyoto: Think Global, Act Local) Report. ITC University of Twente, Enschede and CIGA UNAM, Morelia. May 2010. Hardesty, D. L. 1977. Ecological Anthropology, New York: McGraw-Hill. New York. Kesbangpol dan Linmas. (2010). Laporan Kejadian Bencana: Banjir dan Rob, Pemerintah Kota Pekalongan. Pekalongan. Mardiatno J, Marfai MA, Rahmawati K, Tanjung R, Sianturi S R, Mutiarni S. Y. 2012. Penliaian Multi risiko Banjir dan Rob di Kecamatan Pekalongan Utara. Magister Perencanaan dan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai (MPPDAS) Program S-2 Geografi, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Marfai, M.A. 2003. GIS modeling of river and tidal flood hazards in a waterfront city: case study, Semarang City, Central Java, Indonesia. Thesis, ITC, Enschede, The Netherlands. Marfai, M.A., King, L., Sartohadi, J., Sudrajat, S., Budiani, S.R., and Yulianto, F. 2008. ―The Impact of Tidal Flooding on a Coastal Community in Semarang, Indonesia‖, Environmentalist, 28: 237-248. Marfai MA, King .L. 2008a. Tidal inundation mapping under enhanced land subsidence in Semarang, Central Java Indonesia. Natural Hazards 44: 93-109 Marfai MA, King L. 2008b. Potential vulnerability implications of coastal inundation due to sea level rise for the coastal zone of Semarang City, Indonesia. In Environmental Geology 54:1235-1245. McCall, Michael K. 2003. Seeking good governance in participatory-GIS: a review of processes and governance dimensions in applying GIS to participatory spatial planning. Habitat International 27, 549-573. Messner, F. & Meyer, V. 2005. Flood Damage, Vulnerability, and Risk Perception: Challenge for Flood Damage Research, UFZ Discussion Paper, Leipzig-Halle. Mileti, D.S. & Gottschlich, L.P. 2001. Hazards and Sustainable Development in the United States, in Risk Management, Vol. 3, No. 1, pp. 61-70. Prihatno, H. 2011. Identifikasi Dan Pemetaan Dampak Banjir Pesisir Studi Kasus Wilayah Pesisir Pekalongan Jawa Tengah. Tesis. Magister Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Ritohardoyo, S, Marfai MA, Maulida NN, Mukti, RY, Zahro, Qoriatu, dan Halim Annisa. 2011. Strategi Adaptasi Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan. Percetakan Pondok Cahaya. Yogyakarta. Smit, B., Burton, I., Klein, R.J.T., and Street, R. 1999. The Science Of Adaptation: A Framework For Assessment, in Mitigation and Adaptation Strategies for Global Change 4: 199–213. Smit, B. and Wandel, J. (2006). Adaptation, Adaptive Capacity and Vulnerability, in Global Environmental Change, 16: 282–292. Sunil, Santha. 2011. Community-based adaptation to coastal hazards: A scoping study among traditional fishing communities in Kerala, India, in Disaster, Risk and Vulnerablity Conference 2011, Mahatma Gandhi University, India. Suryanti, E.D., Rahayu, L., dan Retnowati, A. 2010. Motivasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Upaya Pengurangan Multirisiko Bencana di Kawasan Kepesisiran Parangtritis, dalam Penaksiran Multirisiko Bencana di Wilayah Kepesisiran Parangtritis, Yogyakarta, PSBA UGM. Ward, PJ, Marfai, MA, Yulianto F, Hizbaron DR, Aerts JCJH. 2010. Coastal inundation and damage exposure estimation: a case st udy for Jakarta. Natural Hazards, Springer 56: 899-916. DOI 10.1007/s11069-010-9599-1 Zein, M. 2010. A Community Based Approach to Flood Hazard and Vulnerability Assessment in Flood Prone Area: A Case Study in Kelurahan Sewu, Surakarta City, Indonesia, Thesis, ITC, The Netherland. | en_US |
dc.description.abstract | Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki konsekuensi pada wilayah pesisir yang luas, dan garis pantai yang sangat panjang, dan
memiliki peran penting dalam pembangunan nasional dan daerah. Namun demikian, peran tersebut menghadapi kendala dengan adanya
kerawanan bencana alam yang tinggi, antara lain bencana banjir pasang, seperti yang terjadi di wilayah permukiman pesisir Kot a
Pekalongan. Berdasarkan pada masalah tersebut dilaksanakan penelitian dengan tujuan: 1) Melakukan pemetaan banjir pesisir dengan
menggunakan teknologi SIG dan pendekatan masyarakat (Partisipatory GIS). 2) Memahami strategi adaptasi masyarakat terhadap banjir
pesisir dengan menggunakan pendekatan sosio-ekologi, dan 3) Merumuskan rencana pengurangan risiko bencana dengan pendekatan
multi-disiplin sosio-ekologi dan teknologi SIG. Pelaksanaan penelitian menggunakan pendekatan multi-disiplin, yakni sintesis kajian sosioekologi
dengan
melibatkan
masyarakat
kawasan
pesisir
dalam
unit
ekologi,
dan
memanfaatkan
teknologi
sistem
informasi
geografis
(SIG)
dalam
pemetaan
partisipatif untuk identifikasi bahaya banjir pesisir. Operasi iterasi dalam teknologi SIG digunakan untuk menyusun peta
bencana banjir pesisir. Integrasi teknologi SIG dan teknik penelitian sosial berupa wawancara dan diskusi terarah dengan informan,
sebagai dasar penyusunan peta banjir partisipatif (Participatory GIS).
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa bencana banjir dan areal pesisir kelurahan yang terkena dampak bervariasi, bergantung pada
ketinggian tempat dan kedalaman air genangan banjir yang terjadi. Pada skenario banjir pasang setinggi 0,1 m, genangan terjadi di
beberapa lokasi wilayah pesisir Kelurahan Krapyak Lor, terutama pada lahan tambak dan sawah. Skenario genangan banjir pasang
setinggi 0,5 m, selain menggenangi beberapa lokasi pesisir Desa Kelurahan Krapyak Lor, genangan banjir meluas hingga Desa Panjang
Wetan, dan Degayu, baik pada lahan tambak, sawah, kolam, dan sebagian permukiman penduduk. Pada scenario genangan banjir
pasang setinggi 0,7 m, daerah yang terkena dampak lebih luas hingga pesisir Desa Keluarahan Kandang Panjang, di samping Krapyak
Lor, Panjang Wetan, dan Kelurahan Degayu, menggenangi lahan tambak, sawah, kolam, dan permukiman. Perubahan ketinggian
genangan banjir tersebut telah diketahui oleh sebagian besar (95%) masyarakat setempat. Lahan sawah mulai tergenang banjir pasang
sejak sekitar tahun 1990-an. Kejadian banjir pasang terjadi semakin sering terjadi pada beberapa tahun terakhir sejak sekitar tahun 2009
hingga tahun 2011. Persepsi masyarakat tentang banjir pasang desa-desa pesisir ini terwujud dalam anggapan mereka, bahwa banjir
merupakan sebuah gangguan, namun karena sudah terjadi cukup lama, masyarakat menganggapnya sebagai fenomena yang biasa.
Sebagian besar (80%) anggota masyarakat bersikap bertahan, dengan alasan memiliki harta benda di lokasi ini dan tidak memiliki tempat
tinggal di daerah lain. Anggota masyarakat lainnya sebagian (10%) bersikap mentoleril dan menerima banjir pasang, dengan menyadari
bahwa banjir pasang adalah proses alam yang tidak dapat diintervensi, meskipun disadari mengganggu kehidupan mereka tetapi masih
dapat diadaptasi. Sebagian lagi (10%) masyarakat mengambil sikap dalam proses pindah ke daerah lain. Maknanya, bahwa variasi
bencana banjir pasang di suatu lingkungan suatu wilayah, diikuti oleh variasi keberhasilan adapsi masyarakat terhadap kendala
lingkungan di sekitar mereka. | en_US |