dc.identifier.citation | Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bandung. 2005. Laporan evaluasi perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten Bandung. Pemerintah kabupaten Bandung. Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan (DGTL). 1995. Konservasi Air Tanah di Daerah Bandung dan Sekitarnya, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi. Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan (DGTL). 2003. Data dan peta formasi geologi di wilayah Bandung dan Sekitarnya. Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi. Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan (DGTL). 2003. Data dan peta hidrogeologi di wilayah bandung dan Sekitarnya. Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi. Pacific Consultant International (PCI). 1998. Upland Plantation and Land Development Project (UPLDP), West Java, Republic of Indonesia, Bandung. Pemerintah Kabupaten Bandung. 2001. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bandung tahun 2001-2010. Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Bandung No. 1 tahun 2001, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bandung. Pusat Penelitian dan pengembangan Sumberdaya Air (PUSAIR). 1991. Laporan pemantauan data klimatologi wilayah kabupaten Bandung. Badan Litbang Departemen Pekerjaan Umum. Bandung. Rajiyowiryono, H. 1999. Metode Analisis Dalam Sistem Informasi Geografis. Diklat Sistem Informasi Geografis. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga pertambangan (PPTP), Departemen Pertambangan dan Energi, Bandung. | en_US |
dc.description.abstract | Pengelolaan sumberdaya alam dalam suatu wilayah daerah aliran sungai (DAS) harus memperhatikan kondisi tata air sebagai salah
satu faktor determinan. Dalam rangka mendukung hal tersebut, diperlukan informasi dasar berupa karakteristik hidrologi yang ada.
Informasi karakteristik hidrologi dapat diidentifikasi secara spasial dengan memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG).
Studi ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik hidrologi di wilayah SubDAS Cirasea dengan memanfaatkan teknologi SIG. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara hidrologis, wilayah SubDAS Cirasea memiliki banyak kendala untuk dikembangkan. Di antara
wilayah yang diperuntukkan sebagai kawasan konservasi, terdapat penyimpangan peruntukan menjadi kawasan budidaya sebesar
55,1%. Daerah yang berpotensi rawan banjir seluas 1.043,7 ha, sedangkan potensi kekeringan seluas 90,8 ha. Berdasarkan kondisi
hidro-geologi, wilayah SubDAS Cirasea didominasi daerah resapan air dengan intensitas tinggi (lebih dari 50%). Sebagian besar
wilayah (74%) berada pada zona konservasi air tanah V, yang merupakan daerah imbuh utama air tanah dan daerah perlindungan
bagi kualitas air tanah di Cekungan Bandung. Berdasarkan hasil perhitungan, pada tahun 2010 terdapat potensi sumberdaya air
sebesar 335,7 jt m
3
, yang terdiri dari air permukaan 147,3 jt m
3
1
ISBN: 978-979-636-152-6
(dengan laju peningkatan 1,23 %/th) serta air tanah 188,3 jt m
(dengan laju penurunan 1,06 %/th). Adapun kebutuhan air yang ada sebesar 303,7 jt m
(dengan laju peningkatan 0,17 %/th). Indeks
penggunaan air (rasio antara kebutuhan dan persediaan) menunjukkan angka 0,90 (tergolong kritis), meskipun masih terdapat surplus
sumberdaya air sebesar 31,9 jt m
3
3
. Berdasarkan kondisi hidrologisnya, diperlukan upaya pengelolaan secara lebih konservatif
terhadap SubDAS Cirasea sebagai wilayah resapan air bagi Cekungan dan Kota Bandung di bagian hilirnya. | en_US |