Show simple item record

dc.contributor.authorHARISUPRIYANTO, H
dc.date.accessioned2014-08-07T08:18:46Z
dc.date.available2014-08-07T08:18:46Z
dc.date.issued2014-03
dc.identifier.citationGaspersz, V., 2007, Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Harisupriyanto, 2013, Seminar on Aplication and research in industrial technology (SMART);' Generate alternatif solusi berdasarkan reduksi waste dan RCA', ISBN: 978-602-14272-0-0 hal D-25, Yogyakarta Hines, Peter, and Taylor, D., 2000, “Going Lean”. Proceeding of Lean Enterprise Research Centre Cardiff Business School, UK Pande, P.S, Neuman, R. P, and Roland R.Cavanagh, 2002, The Six Sigma Way : Team Fieldbook, an Implementation Guide for Process Improvement. McGraw-Hill Taylor, D. and Brunt, D., 2001. Manufacturing Operations and Supply Chain Management : The Lean Approach. High Holborn, London : Thomson Learning.en_US
dc.identifier.issn2337-4349
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/4663
dc.description.abstractAktifitas produksi merupakan aktifitas utama untuk membentuk profit. Bila salah satu aktifitas produksi mengalami kegagalam maka akan berpengaruh pada kualitas dan kapasitas produksi. Kegagalan biasanya terindikasi dari waste/ pemborosan yang muncul di sepanjang value strream. Terdapat indikasi defect yang tinggi melebihi 10% di sortir dan packaging process. Permasalahan utama adalah adanya waste/ pemborosan yang mengakibatkan penurunan kualitas dan kapasitas produksi. Sehingga tujuannya adalah identifikasi waste yang terjadi di proses produksi, mencari akar penyebab terjadinya waste, dan membangun alternatif solusi perbaikan. Metoda yang dipakai untuk menyelesaikan permasalahan adalah Lean six sigma. Konsep ini menelusuri permasalahan inefisiensi dengan mencari non value added activity dari munculnya waste di sepanjang value stream. Kemunculan waste selanjutnya diidentifikasi lebih dalam dengan root cause analisys (RCA) dan failure mode and effects analysis (FMEA). Hasil akhir dari FMEA adalah risk priority number (RPN) yang menggambarkan prioritas atas mode resiko untuk dilakukan perbaikan. Dari hasil prioritas dirancang 3 alternatif perbaikan yaitu pelatihan operator dibagian packing, pembuatan SOP proses gravity, dan sortir dan pelatihan quality control untuk pekerja sortir. Dengan pendekatan value, performance dan cost maka diperoleh alternatif terbaik yaitu pembuatan SOP diproses gravity, pelatihan pada operator inspeksi di proses sortir dan packaging. Alternatif ini meningkatkan nilai sigma dari sigma awal sebesar 2,93 menjadi 3,20. Kenaikan nilsi sigma tersebut memberi indikasi adanya penurunan tingkat defect per million opportunities (DPMO).en_US
dc.publisherUniversitas Muhammadiyah Surakartaen_US
dc.subjectLean Six Sigmaen_US
dc.subjectWasteen_US
dc.subjectRCAen_US
dc.subjectFMEAen_US
dc.subjectDPMOen_US
dc.titlePenerapan Lean Six Sigma Concept untuk Perbaikan Lini Produksien_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record