Pemanfaataan Limbah Pelepah Pisang Raja Susu untuk Bahan Material Dinding Kedap Suara
Abstract
Kebisingan menjadi masalah yang sangat penting untuk bisa mencapai tingkat kenyamanan di dalam
ruang. Kemajuan sarana transportasi menjadi salah satu penyebab kebisingan. Gangguan bunyi bisa
datang dari dalam maupun luar bangunan. Pemilihan material yang kurang tepat juga menjadi
penyebab kebisingan. Reduksi bunyi dapat terjadi tergantung jenis material penyerapannya, yaitu
material yang memiliki nilai penyerapan lebih tinggi dari pada nilai pantulnya. Beberapa penelitian
terdahulu telah mengujikan beberapa alternatif bahan dinding kedap suara yang memiliki
karakteristik hampir sama dengan pelepah pisang yang dikeringkan, sebagai contoh diantaranya
adalah : sabut kelapa, sekam padi dan limbah gergaji kayu. Elemen penyerap bunyi yang berpori
mempunyai karakteristik penyerapan lebih efisien. Ketebalan dan jarak lapisan dinding juga
menentukan optimalisasi tingkat peredaman terhadap bunyi. Serat pelepah pisang juga memenuhi
persyaratan penting dari karakteristik dasar bahan akustik yaitu, bahan berpori yang memiliki
jaringan selular dengan pori-pori yang saling berhubungan. Tingkat kepadatan pelepah pisang yang
sudah dikeringkan akan semakin membuat pelepah pisang menjadi bahan yang dapat menyerap
bunyi dengan cukup baik dan akan meredamnya.Pelepah pisang yang sudah dikeringkan, memilki
tekstur yang berserabut dan berpori. Hal ini bisa menjadi alternatif bahan dasar material dinding
kedap suara. Limbah pelepah pisang bisa digunakan sebagai alternatif bahan partisi dinding
kedap suara. Jenis pisang yang digunakan pada penelitian ini adalah pisang raja susu yang dinilai
lebih murah dan lebih banyak terdapat disekitar lingkungan rumah.
Metode pengukuran dengan standarisasi ANSI.13-1976 (R1976) yaitu pengukuran bunyi dilakukan
setiap 5 detik dengan reading time kurang lebih 1 menit. . Beberapa jenis anyaman diujikan untuk
mengetahui nilai reduksi bunyi. Pelepah pisang yang sudah dipilih dikeringkan kemudian dibuat
anyaman. Anyaman tersebut kemudian diberi pelapis finishing triplek, agar bisa digunakan sebagai
partisi dinding. Metode yang digunakan peneliti adalah metode Eksperimental yang menguji
kemampuan penyerapan bunyi yang dihasilkan dari bahan pelepah pisang dengan berbagai pola
anyaman yang berbeda dan memilki kemampuan paling optimum dalam meredam bunyi. Hasil
pengujian menunjukkan adanya penurunan intensitas bunyi pada saat sebelum dipasang elemen
akustik dan sesudah dipasang. Dinding panel akustik dengan anyaman rapat lurus memiliki
intensitas bunyi 74,07 dB dan penurunan daya serap intensitas bunyi 0,01 pada saat sumber suara dibunyikan sedangkan dinding panel akustik dengan anyaman rapat diagonal memiliki intensitas
bunyi sebesar 67,89 dB dengan penurunan daya serap intensitas bunyi 0,09 . Tercatat pada saat
pengujian sebelum ruangan tersebut dipasang dinding panel akustik dari pelepah pisang, nilai
intensitas bunyi sebesar 74,95 dB. Hal ini membuktikan bahwa elemen akustik pelepah pisang dengan
pola anyaman rapat diagonal lebih optimum menyerap bunyi dibandingkan dengan pola anyaman
rapat lurus.