Analisis Beban Kerja Penggunaan Mesin Gerinda pada Perajin Batu Permata di Karangasem
Abstract
Ada tiga tahapan proses pengerjaan batu permata di Karangasem Bali yaitu pemotongan,
pembentukan dan penghalusan. Pada proses pemotongan, bahan baku yang semula masih berbentuk
bongkahan batu baik batu pirus, batu akik, batu kecubung, dan semacamnya dipotong-potong
menjadi bagian kecil dengan teknik tertentu dengan menggunakan gerinda potong. Selanjutnya pada
proses pembentukan, potongan batu yang sudah kecil tadi dibentuk dengan teknik tertentu
menggunakan gerinda asah. Sedangkan proses akhir adalah menggosok atau mengasah batu permata
tersebut biar licin dan menggkilap secara manual ataupun menggunakan gerinda asah modifikasi.
Proses ini biasanya dilakukan dengan sikap kerja duduk bersila atau jongkok di lantai sehingga
menimbulkan banyak keluhan terutama keluhan pada otot lengan, pinggang, dan kaki. Disamping itu
kebisingan, getaran mesin, dan debu yang dihasilkan dari pemotongan batu akan menambah beban
kerja perajin. Untuk itu dilakukan suatu penelitian secara observasional terhadap 12 orang perajin
permata di Kabupaten Karangasem, Bali. Untuk mengevaluasi beban kerja dilakukan pengukuran
terhadap denyut nadi kerja, ECPT (extra calorie due to peripheral temperature), ECPM (extra
calorie due to peripheral metabolism), getaran mesin, kebisingan, dan mikro klimat lingkungan kerja
perajin. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa beban kerja perajin tergolong berat, ECPM>ECPT,
serta terjadinya peningkatan yang signifikan terhadap keluhan otot dan kelelahan secara umum para
perajin. Untuk itu perlu diupayakan adanya intervensi ergonomi pada perajin permata di Kabupaten
Karangasem, Bali. Karena ECPM> ECPT maka dalam intervensi ergonomi, aspek kerja fisik seperti
sikap kerja, penggunaan mesin/alat, dan penggunaan otot dalam bekerja harus diperbaiki sehingga
dapat mengurangi beban kerja para perajin.