dc.identifier.citation | Ariesto, A. (2009). Pelaksanaan Program Antibullying Teacher Empowerement Program di sekolah. FISIP UI. Basis. (1980). Driyarkara tentang Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius. Darney, C.; Greg, H.; Louise, S. (2013). The Impact That Bullying at School has on an Individual’s Self Esteem DuringYoung Adulthood. International Journal of Education andResearch.1 (8), 1-16. Damanik (editor). (2014, Mei). Ditendang Teman-teman Sekelas Siswi SD Meninggal. KOMPAS.com. diunduh dari :http://regional.kompas.com/ tanggal 8 Mei 2014. Drost, J.I.G.M. (1998), Sekolah : Mengajar atau Mendidik?. Yogyakarta: Kanisius. Hajaroh, M. (2008). Respect: Pendidikan untuk Mencegah Kekerasan di Scotlandia. Majalah Ilmiah Fondasia: FIP UNY. Harahap, F. (2009). Mengembangkan Perilaku Guru BK yang Humanis dan Anti Kekerasan. JurnalPendidikan UNY. 2(9), 10-17. Hartono.S (2014, Januari). Jadikan Sekolah sebagai Taman Belajar. Diunduh dari :http://edukasi kompas.com. Tanggal 12 Januari 2014. Ire (2014, Mei). Dinas Pendidikan Selidiki Kematian Ranggo (2014). KOMPAS.com Diunduh dari : http://regional.kompas.com/tanggal 4 Mei 2014. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia; Materi Pelatihan Guru BK, Implementasi Kurikulum 2013. Kotler, P (1995). Marketing Management Analysis, Planning, Implementation & Control. Prentice Hall Int. Nawangwulan, M (2015). Siswi SMP Hilang, Orang Tua: Anak Saya Tak Tahan Diejek. Diunduh dari : http://www.tempo.co/read/news/ tanggal 13 Maret 2015. Octafiani, D (2015). Afgan Ungkap Pengalaman Di-bully di Sekolah. Diunduh dari : http://hot.detik.com/read/ tanggal 07/02/2015. Olweus, D. (1993). Bullying at School. Malden, MA.: Blackwell Publishers. Oyaziwo, A. (2008). Bullying in Schools: A From of Child Abuse in Schools. Educational Research Quaartely. 30 (1), 37-49. Pelupessy, Dicky.C.(2009) Handbook: Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 27 Tahun 2008 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Santrock, J.W. (1995). Adolescense, Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Samho, B. (2013). Visi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Yogyakarta: PT.Kansius. Setiawan, S. (2013). Guruku Panutanku. Yogyakarta: PT. Kanisius. Sejiwa(Yayasan Semai Jiwa Amini) (2008). Bullying: mengatasi kekerasan di sekolah dan lingkungan sekitar anak. Jakarta: Grasindo. Sudiarja, A. (2014). Pendidikan dalam Tantangan Zaman. Yogyakarta: PT Kanisius. Suparno, P. (2013). Membaca Ulang Pemikiran Driyarkara. Handbook:Relevansi Pendidikan Driyarkara untuk Masalah Pendidikan Akhlak Orang Muda Zaman Ini. Yogyakarta :Penerbit Universitas Sanata Dharma. Sulivan, K. (2000). The Anti Bullying Handbook. United Kingdom: Oxford University Press. Trevi; Respati, S.W. (2010). Sikap Siswa Kelas X SMK Tangerang terhadap Bullying. Jurnal : Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul.10(1),14-25. Uno, H.B. (2007). Profesi Kependidikan: Problem, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. | in_ID |
dc.description.abstract | Fenomena kekerasan dan aneka bentuk penyimpangan perilaku anak dan remaja di negeri ini semakin membuat miris. Salah satu bentuk kekerasan ‘bullying’ masih kerap terjadi di lingkungan sekolah, tempat dimana seharusnya nilai-nilai humanisme ditanamkan sejak dini. Berbagai kasus bentuk kekerasan fisik yang berujung pada kematianpun tak terhindarkan. Padahal jika bullying dibiarkan akan tercipta suatu generasi bangsa yang lebih suka menggunakan cara kekerasan untuk menyelesaikan setiap persoalan hidup. Siswa SMP akan dijadikan kajian tulisan ini, karena mereka dalam masa transisi dari anak ke remaja. Peran guru, khususnya guru Bimbingan Konseling (BK) seolah-olah terpinggirkan dan kalah oleh sumber-sumber ilmu lain yang dilahirkan oleh kemajuan teknologi. Kehadiran guru BK sebagai sosok pendidik yang humanis mestinya memberi andil terhadap pencegahan bullying di sekolah. Sebagai insan yang terpanggil di dunia pendidikan, harapannya dengan tiadanya bullying siswa, sekolah sungguh bisa menjadi ‘taman’ yang selalu dirindukan siswa untuk belajar banyak hal. Kehadiran sosok guru BK di sekolah dipersepsi oleh siswa sebagai guru humanis apabila sesuai pendapatnya Suparno (2013) tentang ciri-ciri guru BK yang humanis, yaitu : memiliki perhatian dan cinta pada anak didik; membangun hubungan dialogal, saling membantu dan mengembangkan; peka untuk mengenal anak baik kekurangan maupun kelebihan dan karakternya; menghargai dan menyapa anak didik; menaruh kepercayaan pada anak didik; memberi teladan yang baik. Konteks mendidik akan memperoleh tempat yang tepat ketika seorang guru BK humanis mampu mempengaruhi secara positif pribadi siswa sehingga siswa akan semakin berhati nurani, bertanggung-jawab dan berhabitus baru sebagai remaja yang anti bullying. Dari kajian ilmiah yang dilakukan oleh penulis maka dapat disimpulkan : Jika siswa mempersepsi guru BK sebagai guru yang humanis maka bullying akan rendah, namun sebaliknya, jika siswa mempersepsi guru BK sebagai guru yang tidak humanis maka bullying akan tinggi. | in_ID |